Batik Rochmah Langsung Banjir Pesanan

Batik Rochmah Langsung Banjir Pesanan

Hari ketiga Jatim Fair di Mal Grand City kemarin dipenuhi pengunjung. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung adalah aksi para penyandang disabilitas di stan Dinas Sosial Pemprov Jatim. Karya apik dihasilkan dari keterbatasan mereka.

--

BOOTH hijau di sebelah kiri pintu pertama area Jatim Fair selalu ramai sepanjang hari kemarin.  Menonton aksi empat orang luar biasa. Yaitu para penyandang disabilitas. “Semua melakukan sesuai keahlian mereka masing-masing. Kami hanya memfasilitasi,” ujar Machfudz, petugas booth persembahan dari Dinas Sosial Jawa Timur tersebut.

Seorang gadis jelita duduk di bantalan spons yang tipis. Di depannyi ada wajan cilik. Menampung cairan hitam pekat. Terpanggang di atas kompor mini. ”Ini bahannya malam lilin, terus dicairkan begini,” katanyi sambil mengaduk cairan itu dengan canting. Ups, gagang canting itu tidak dipegang memakai tangan. Tetapi, diapit dengan jari-jari kaki kanannyi.

Nama gadis berkerudung hijau itu Siti Rochmatillah. Dia seorang tuna daksa. Tak memiliki tangan. Juga kaki kiri. Yang utuh hanya kaki kanannyi. Tetapi, keadaan yang terbatas itu bukan halangan untuk tetap percaya diri. Dengan tekun dia mencanting cairan dari wajan cilik itu. Lalu, menggoreskan ke kain kain putih yang dia apit dengan bahu kiri dan lehernyi.

Gadis asal Bondowoso itu sedang membatik kain selebar dua meter. Kakinyi begitu tenang mengikuti garis-garis di kain putih itu. Membentuk pola bunga kopi. Biasanya, baru selesai dalam sehari. “Ini baru selesai seperempat. Melanjutkan dari yang kemarin,” katanyi.

”Mbak Rochmah mbatiknya bagus. Bisa langsung tembus. Jadi dari awal dia memang punya bakat,” sahut Muzayanah yang duduk di samping Rochmah. Mozza, sapaan Muzayanah, memang petugas dari Dinas Sosial Bondowoso. Dia berperan sebagai pendamping para penyandang disabilitas.

Menurutnyi, bakat Rochmah membatik ditemukan sejak 2019 lalu. Saat itu, dia menanyakan hobi si Rochmah. Lalu, membawanyi ke salah satu sanggar batik di Bondowoso.  Begitu hari pertama berlatih, si Rochmah mendapat pujian dari pelatihnyi. “Besoknya langsung dicarikan industri rumah batik. Langsung bisa kerja di sana,” kenang Mozza lantas tertawa.

AKSI para penyandang disabilitas di stan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Hal serupa juga dialami oleh Cahyo. Lelaki berusia 46 tahun yang duduk di belakang si Rochmah. Cahyo lah yang berperan menggambar pola pada kain yang dibatik oleh Rochmah. “Baru ada lima gambar sketsa,” kata pemilik nama panjang Noera Cahyo Febrianto.

Cahyo juga berasal dari Bondowoso. Ia bukan penyandang disabilitas. Namun, mantan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Lelaki kelahiran 1974 itu memang tidak banyak bicara. Cenderung diam.

Ia menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan seni rupa di Institut Kesenian Jakarta. Dan pendidikan sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Bondowoso. ”Mas Cahyo ini juga kami terapi di rumahnya. Kami dampingi menggambar pola batik juga,” kata Mozza sambil menunjukkan buku profil. 

Mozza bersyukur karya mereka diminati dan dinikmati banyak orang selama Jatim Fair 2021 di mal Grand City. Harga yang dipasang juga standar. Berkisar antara Rp 150 ribu - Rp 200 ribu. Ada seorang pengusaha yang memesan dalam jumlah banyak. Untuk seragam para karyawan di perusahaannya. “Jadi, Alhamdulillah, rejeksi tersendiri untuk mereka. Saya bersyukur sekali,” kata Mozza. (Mohamad Nur Khotib)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: