Jatim Punya Banyak Produk Unggulan

Jatim Punya Banyak Produk Unggulan

 SETIAP kabupaten dan kota di Jawa Timur memiliki produk unggulan. Tentu, produk itu menggambarkan ciri khas di daerah tersebut. Berdasar kesepakatan antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, produk unggulan itu dibagi menjadi empat bagian.

Yaitu, kompetensi inti daerah, one village one product (OVOP), industri kreatif, dan industri agro. ”Kami memiliki semua daftar produk unggulan di Jatim,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim Drajat Irawan saat ditemui Harian Disway beberapa waktu lalu.

Drajat mencontohkan daerah Bangkalan, Madura. Kompetensi inti daerah itu adalah batik. OVOP-nya tali agel, industri kreatifnya ukiran kayu, dan industri agro-nya pengolahan buah salak. ”Setiap daerah, produknya pasti berbeda-beda. Saya tidak hafal semua,” tambahnya.

Potensi itu bisa dijadikan produk unggulan berdasar usulan daerah tersebut. Setelah itu, baru diverifikasi Kementerian Perindustrian. Saat ini beberapa dari produk unggulan sudah dipasarkan secara nasional. Ada juga yang sudah merambah ke beberapa negara.

”Semua harus memenuhi syarat. Perizinan harus lengkap serta menarik minat pasar, baik nasional maupun internasional. Mereka yang memenuhi syarat itu akan kita didik di export center,” paparnya.

Di masa pandemi, dari data yang diambil Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, malah terjadi peningkatan transaksi perdagangan. Di semester I 2020 sebesar Rp 673 triliun. Angka itu merupakan nett setiap daerah. Sekarang sudah di angka Rp 703 triliun year-on-year (yoy).

”Sekarang saja (2021), baru di semester satu, angka perdagangan produk unggulan itu sudah naik dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Perdagangan, mulai industri besar, menengah, sampai industri kecil, semuanya naik,” jelasnya.

Memang, kalau dibandingkan dengan 2019, perdagangan produk unggulan pada 2021 mengalami penurunan. Tentu penyebabnya karena pandemi. Saat ini, walau masih pandemi, penjualan produk unggulan mulai menanjak karena para pedagang sudah memanfaatkan platform digital untuk berjualan.

Kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) diatur di setiap unit pelaksanaan teknis (UPT) Disperindag Jatim. Misalnya, kayu mentah yang dibuat menjadi kayu olahan. Proses itu akan mendatangkan pendapatan dan menjadi kontribusi PDRB Jatim.

PRODUK unggulan asal Singosari, Kabupaten Malang yang terbuat dari olahan kayu jati pada acara Jatim Fair 2021 di Grand City kemarin. (Foto: Rizal Hanafi)

Misalnya, pengakuan perajin batik asal Desa Wisata Kampung Mojopahit, Mojokerto, Sri Mujiatim. Sri mengungkapkan, batik produksinyi sudah dijual di beberapa daerah setanah air. Dia membuat batik dengan dua metode. Yakni, batik lukis dan batik cap.

”Kalau untuk pasar nasional, kami sudah memiliki beberapa toko di Sumatera, Samarinda, dan beberapa daerah lain. Untuk pasar luar negeri, produk kami masih sebatas oleh-oleh. Kami belum memasarkan sampai ke luar negeri,” ucapnya.

Batik produksi Sri dijual dengan harga Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta. Bergantung kerumitan atau detail batiknya.

Sri mengungkapkan, pada awal pandemi, dirinyi hampir tidak punya penghasilan. ”Ada produksi, tapi tidak sebanyak sebelum pandemi. Ini karena segmen kami kan lingkungan pemerintahan. Biasanya mereka membuat acara dan suvenirnya itu batik. Atau mereka membuat baju batik. Kemarin kan semua anggaran ditiadakan. Karena semuanya dipakai penanganan Covid-19,” ucapnyi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: