Siswa SLB Dibekali Keterampilan

Siswa SLB Dibekali Keterampilan

PEMERINTAH Provinsi Jawa Timur terus menggenjot peluang kerja untuk lulusan SMA sederajat. Termasuk SMA luar biasa (SMA LB). Salah satunya membekali mereka dengan keterampilan.

Kepala Sekolah Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya Eko Purwanto sudah membekali mereka dengan beberapa keterampilan. Misalnya, tata boga, komputer, pijat, dan musik. Sekolah itu sudah menelurkan banyak alumnus berprestasi. Baik di tingkat nasional maupun internasional.

Salah satunya adalah Riski Nurilawati. Perempuan yang akrab disapa Kiki itu adalah alumnus SD dan SMP Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB). Kiprahnyi sudah mendunia. Terutama dalam bidang seni musik. Suara empuknyi mampu menyihir semua orang yang mendengarkannyi.

Eko mengatakan, Kiki merupakan salah satu contoh alumnus YPAB yang sukses. Bahkan, Kiki juga merupakan lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ketika lulus kuliah, Kiki ditarik mengajar di sekolahnyi dulu. ”Katanya lingkungan sekolah luar biasa (SLB) cukup nyaman. Itulah yang membuatnya kembali ke sekolah untuk menjadi pengajar,” ungkap laki-laki 64 tahun tersebut.

Pada 2019, wali kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini, mengajak tujuh siswa ke Liverpool. Salah satunya Muhammad Hilbram. Juga dari SLB YPAB.

Banyak alumnus YPAB yang bekerja sebagai tukang pijat. Mereka memilih itu karena sudah memiliki keterampilan pijat sejak kelas X. Eko mengatakan, keterampilan memijat itu dipilih karena yang paling memungkinkan untuk tunanetra.

Eko menjelaskan, keterampilan setiap anak berkebutuhan khusus (ABK) berbeda. Ia mencontohkan tunarungu. Mereka lebih banyak pilihan keterampilan daripada tunanetra. ”Mereka bisa membatik, melukis, maupun pekerjaan lainnya. Sedangkan anak tunanetra, pergerakannya agak terbatas pada penglihatan. Jadi, tidak banyak keterampilan yang bisa diterapkan,” katanya.

Sayang, peluang kerja untuk penyandang disabilitas juga sangat terbatas. Sedikit perusahaan yang mau menerima penyandang disabilitas untuk bekerja. Meskipun, pada sektor pemerintahan, ada jatah minimal 2 persen dari total karyawan merupakan difabel.

Menurut Eko, perusahaan swasta seharusnya mau menampung mereka. Apalagi, banyak difabel yang berhasil lulus sarjana. Artinya, kemampuan mereka setara dengan nondifabel. Dengan begitu, kesempatan kerja harus lebih diperbanyak lagi.

Di Surabaya, belum ada SLB yang berstatus negeri. Itu berbeda dengan Sidoarjo yang sudah memiliki SLB negeri.

Bagi Eko, status sekolah tersebut cukup berpengaruh. Terutama dalam hal ketersediaan guru SLB. Ia mengatakan, dulu banyak alumnus YPAB yang bekerja di tempatnya. Namun, setelah tes pegawai negeri sipil (PNS) dan lolos, mereka dipindahtugaskan. ”Jadi, lama-lama kami kekurangan guru,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, ada 696 ribu siswa SLB di Jatim. Dari TK hingga SMA. Pemerintah juga tengah menggencarkan pendidikan vokasi. Baik untuk SMA, SMA LB, maupun SMK LB. Ia mengatakan, pendidikan vokasi itu untuk menunjang keterampilan siswa.

Wahid mengatakan, 67 persen lulusan SMA/SMALB tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Karena itu, siswa harus dibekali keterampilan. Agar bisa survive setelah lulus sekolah. ”Siswa SLB pasti punya potensi yang bisa dikembangkan. Bila ada SLB yang membutuhkan ruang praktik, bisa bekerja sama dengan SMK. Begitu juga SMA,” ujar mantan Kadishub Jatim itu. (Andre Bakhtiar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: