Sakit Akibat Degan, Tetap Kampiun
Matematika adalah momok? Coba ucapkan itu kepada Alvaro Vincent Wijaya. Niscaya, Anda hanya diberi senyum atau bahkan tertawaan. Sejak kelas 5 SD, ia sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Lewat matematika.
ALVARO Vincent Wijaya menggotong sebuah dus besar masuk ke lobi Sekolah Ciputra. Dus tersebut cukup besar dan berat. Bahkan ia harus meminta tolong ibunya membantu membawakan kardus itu.
Setelah sampai di lobi sekolah, mereka meletakkan kardus itu di lantai. Kedua tangan Alvaro ditaruh di pinggang. ”Berat sekali. Sekarang mau ditaruh mana piala-piala ini?” ujarnya.
Ya, kardus itu berisi puluhan piala. Tentu, Alvaro tidak sedang berjualan piala. Seluruh buah prestasinya itu sedang ditunjukkan kepada Harian Disway.
Menilik piala-piala itu, tampak bahwa Alvaro berhasil mengukir namanya pada berbagai ajang Olimpiade. Baik yang berkala nasional maupun internasional.
Semua piala itu lantas disusun di atas meja lobi sekolah. Dan ternyata, kardus itu tidak hanya berisi trofi. Ada juga puluhan medali penghargaan. Yang lantas disusun di sebelah deretan piala. ’’Medalinya tidak semua dikeluarkan. Mejanya tidak cukup. Padahal, ini belum semuanya. Di rumah masih banyak piala lagi,’’ ucap lelaki 14 tahun tersebut.
Alvaro lantas memegang piala kecil. Yang baginya paling berkesan. Bahkan sulit dilupakan.
Di piala itu ada tulisan Timo. Kepanjangannya, Thailand International Math Olympiad. Yang diselenggarakan 2 tahun lalu di Phuket, Thailand. Yang punya kesan mendalam karena Alvaro hampir tanpa harapan bisa menang.
Peserta Olimpiade itu berasal dari berbagai negara. Misalnya, Malaysia, Filipina, Tiongkok, dan Indonesia. Ketika itu, Alvaro masih kelas 8. Karena sudah terbiasa berlomba, tentuia sama sekali tidak gugup.
Permasalahan justru terjadi sebelum pertandingan. Alvaro berjalan-jalan bersama keluarganya mengelilingi Phuket. Di tengah jalan, pada sebuah toko, mereka membeli es degan. Es kelapa muda. Maklum, Phuket cukup terik.
Saat kembali ke hotel, Alvaro merasa mual berkepanjangan. Lalu muntah-muntah. ’’Mungkin es kelapa itu kotor,’’ ucap siswa Sekolah Ciputra tersebut.
Alvaro lantas dilarikan ke rumah sakit. Dan di perjalanan, ia masih muntah-muntah. Wajahnya sampai pucat.
Di rumah sakit, jarum infus langsung masuk. Sebab, Alvaro kekurangan cairan tubuh.
Alvaro dirawat pukul 23.00. Padahal, lomba dimulai pukul 09.00 keesokan harinya. Artinya, dalam 10 jam, ia harus sembuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: