Dukung Suroboyo Bus, Siapkan 20 Feeder

Dukung Suroboyo Bus, Siapkan 20 Feeder

SURABAYA macet lagi. Jumlah kendaraan meningkat sejak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Kota Pahlawan turun ke level 1. Dinas Perhubungan Surabaya menyiapkan raperda tentang transportasi untuk mengatasi problem itu.

Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, ada traffic demand management (TDM) di raperda itu. Masyarakat akan dipindahkan dari moda transportasi pribadi ke moda transportasi umum. ”Upaya yang sudah dilakukan, parkir dimahalkan,” kata Irvan saat ditemui di DPRD Surabaya.

Dishub juga memberlakukan sistem tarif parkir di tempat khusus. Mulai park and ride, gedung parkir, hingga parkir pelataran. Dua jam pertama masih berlaku tarif normal untuk setiap jenis kendaraan. Tetapi, memasuki jam ketiga, akan berlaku kelipatan sesuai tarif progresif.

Jalur pedestrian di sejumlah ruas juga diperluas. Jalan raya dipersempit. Irvan berharap masyarakat mau berpindah ke Suroboyo Bus (SB) yang sudah disediakan.

”Bus sudah bagus. Kalau naik tidak gengsi,” kata alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, itu. Pembayaran SB sudah ditambah. Selain membayar dengan sampah plastik, penumpang bisa membayar dengan uang.

Pembayaran tunai bisa dilakukan setelah pelat nomor SB diubah menjadi kuning sejak 23 Agustus. Pemkot masih mempertahankan pembayaran dengan botol plastik agar kampanye peduli lingkungan tetap berlanjut. ”Sampah plastik Indonesia ini tergolong yang terbesar di dunia,” kata Irvan.

Sebagai penunjangnya, dishub juga akan membeli 20 feeder. Wujudnya berupa minibus sebagai pengganti angkutan kota (angkot). Pengadaannya sudah masuk di APBD 2022.

Dishub masih mengkaji sejumlah trayek yang akan diisi feeder tersebut. Sopir trayek akan ditarik sebagai pegawai pemkot.

Cara itu bisa menjadi solusi atas menurunnya penumpang angkot. Sopir akan dipilih berdasar seleksi. Syarat utamanya adalah ber-KTP Surabaya dan memiliki SIM A.

Jika transportasi umum sudah tersedia, pemkot akan makin gencar memindahkan transportasi pribadi ke publik. ”Setelah ada pilihan, kita bisa push dan pull,” katanya. (Salman Muhiddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: