Suami-Istri Harus Siap Jadi "Tong Sampah"
ISU kesehatan mental sedang banyak dibicarakan belakangan ini. Terutama di kalangan pekerja Indonesia yang terdampak akibat pandemi. Kemarin Institute of Internal Auditor Indonesia menggelar seminar bertema Mental Health in Remote Working.
Founder Harian Disway Dahlan Iskan yang menjadi salah satu pembicara mengatakan, tingkat stres seseorang bisa dikelola. Ibarat seperti ufuk. Bila seseorang melihat matahari terbenam di Semarang, seolah matahari itu tenggelam di Cirebon. Namun sebenarnya matahari tidak tenggelam di sana.
Bagi Dahlan, ufuk bisa di extend. Tinggal seberapa jauh seseorang mampu menggeser ufuk tersebut. Sama seperti tingkat stres. Bisa digeser. ”Misal tingkat stres seseorang 10. Awalnya ia akan kebingungan. Tapi lama-lama naik levelnya. Menjadi 15. Jadi ia tidak lagi stres bila beban 10,” ungkapnya.
Work from home (WFH) juga bisa meningkatkan stres di masa pandemi. Dahlan menjelaskan hal itu terjadi karena tingkat intensitas pertemuan antara istri dan suami semakin banyak. Belum lagi pekerjaan yang seharusnya dikerjakan di kantor, harus dikerjakan di rumah.
Meski begitu, ada cara agar WFH tidak membuat stres terutama untuk pasangan suami istri. Suami atau istri, kata Dahlan, harus mau menjadi "tong sampah". Maksudnya mau dan mampu mendengarkan keluh kesah pasangan. Sehingga emosi bisa terkontrol.
”Memang sulit menjadi "tong sampah". Tapi itu harus dilakukan. Masa pandemi pasti banyak yang mengeluh. Biasanya suami yang bisa menjadi "tong sampah",” ujarnya.
General Affair & Human Capital PT Kimia Farma Dharma Syahputra menambahkan, ada beberapa tips mengelola stres. Perusahaan, kata Dharma, harus mampu memberikan perhatian lebih kepada karyawan. Seperti pemberian paket obat kepada karyawan yang sedang isolasi mandiri.
Dharma mengatakan, saat awal pandemi karyawannya banyak takut. Maklum PT Kimia Farma tidak dibolehkan libur saat pandemi. Sebab perusahaan itu masuk dalam sektor kritikal. ”Saat itu garda terdepan pada stres ya. stok masker habis. Orang-orang antre buat beli masker. Kejelasan tentang covid-19 juga minim,” ujarnya.
Menurutnya, proteksi karyawan adalah nomor satu. Dengan memberikan proteksi itu, maka karyawan akan kuat mentalnya.
Psychologist Indonesian Ministry of Finance Maria Alexandra Leonora Marcus mengutarakan, orang usia di bawah 40 tahun lebih mudah stres. Apalagi mereka sering melihat media sosial. Bagi Sandra, sapaan akrabnyi, media sosial sangat memengaruhi tingkat stres.
Selain itu, perempuan paling banyak yang stres di saat pandemi. Sebab dunia pekerjaan yang dilakukan kebanyakan perempuan cukup berdampak. Seperti finance maupun kesehatan.
Lalu bagaimana cara menjaga mental health? Ada tiga cara. Pertama bila stres, orang tersebut bisa menghindar dari pekerjaan yang membuat stres. Kedua mengubah pekerjaan yang tidak banyak menimbulkan stres. ”Sedangkan yang ketiga beradaptasi. Seperti yang dikatakan Pak Dahlan Iskan. adaptasi merupakan cara agar stres bisa dikelola,” ujarnyi. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: