Profesor Fanatik Cahaya dan Optik

Profesor Fanatik Cahaya dan Optik

Kedua sinyal yang dikirim harus sama. ”Kalau jantung normal, nilai frekuensinya 30-300 bpm. Kalau tidak pada ukuran itu, berarti ada kelainan pada detak jantung,” kata penghobi olahraga badminton itu.

Yasin sudah berkomunikasi dengan beberapa dokter Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Untuk mengonsultasikan inovasinya tersebut dalam bidang kedokteran. Ia berharap inovasinya itu bisa direalisasikan.

Nantinya memeriksa detak jantung tidak lagi memerlukan elektroda yang ditempelkan di dada. Cukup dengan menembakkan laser ke dada, rekam detak jantung bisa dilihat. Namun Yasin belum tahu, apakah alat tersebut akan ditaruh di dada. Atau cukup diletakkan di atas kasur. Sehingga pasien tidak perlu repot membuka baju saat pemeriksaan.

Penelitian itu tengah diajukan kepada pemerintah. Harapannya ada suntikan dana agar penelitian itu bisa dilanjutkan. Hingga menjadi sebuah alat baru di bidang kedokteran. 

Selain itu, penelitiannya mengenai teknik diagnostik jantung berbasis optik sudah dipublikasikan melalui jurnal. Sudah diunggah jurnal yang terindeks Scopus. Menurutnya jurnal tersebut yang membuatnya dinobatkan sebagai 2 persen peneliti berpengaruh oleh Standford University. 

Setelah penemuannya itu, kecintaan Yasin terhadap optik dan cahaya semakin besar. Banyak hal yang ingin diteliti. Termasuk meneliti zat formalin dalam makanan menggunakan tembakan laser. ”Inilah bedanya cahaya dengan unsur lain. Apa pun bisa dilihat menggunakan cahaya,” tuturnya. (Andre Bakhtiar)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: