Usaha Cafe Jalan Tunjungan Merasa seperti PPKM Level 5
PEMILIK cafe dan restoran di Jalan Tunjungan mendatangi Komisi C DPRD Surabaya kemarin (8/11). Enam perwakilan mengadukan kebijakan larangan parkir di tepi jalan yang berlaku sejak 1 November.
“Dua bulan terakhir ini sudah setengah mati kita. Kalau sekarang pengunjung tidak boleh parkir, asanya kayak PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level lima,” ujar Pemilik Cafe Piring Seng, Fahad Umar. Sejak ada aturan itu berlaku, omzet mereka turun 80 persen.
Larangan parkir bergulir sejak pukul 16.00 hingga 23.00. Pedagang heran. Mengapa durasinya sangat panjang. Padahal, pedagang sangat menunggu waktu menjelang petang. Jalan Tunjungan lebih ramai.
Pembahasan tentang larangan parkir sejatinya pernah disampaikan ke pedagang sejak lama. Mereka selalu menolak ide itu. “Akhirnya tidak dibahas lagi. Eh, tiba-tiba tanggal 1 November semua kendaraan yang parkir ditertibkan,” urai Fahad yang duduk di kursi paling pojok.
Rambu-rambu larangan parkir mulai dipasang di sepanjang Jalan Tunjungan. Sejak saat itulah penghasilan pedagang mulai turun. Padahal mereka biasanya panen pendapatan di awal bulan saat orang-orang baru gajian.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Elok Cahyani ikut heran dengan cerita para pengusaha itu. “Jika memang tidak diajak bicara, larangan itu lebih baik di-pending dulu,” pinta anggota DPRD Surabaya tiga periode itu.
“Yang selama ini kita bahas itu sewa trotoar bu. Bukan larangan parkir,” sahut Fahad. Selama Oktober, pedagang memang rutin rapat dengan jajaran pemkot. Sebagian jalur pedestrian itu bisa disewa. Jadi pengunjung bisa menikmati indahnya Jalan Tunjungan dari luar cafe.
Konsepnya mirip cafe-cafe di Eropa. Sayang, saat pembahasan sewa trotoar belum beres, berdagang dikecewakan dengan larangan parkir itu.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Baktiono bakal menggelar hearing lanjutan besok (10/11). Dinas kebudayaan dan pariwisata (disbudpar), dinas perhubungan (dishub), dan Satpol PP Surabaya bakal diundang untuk menjawab keluhan pedagang itu.
Setelah 30 menit memimpin rapat, Baktiono langsung meluncur ke Jalan Tunjungan. Ia melihat ada banyak sekali perubahan yang terjadi selama pandemi. “Sebenarnya pengusaha atau pemkot punya niat yang sama-sama baik. Makanya kami akan pertemukan dua pihak ini supaya ada titik temu,” kata politisi PDIP itu.
Pedagang sempat mengancam menutup usahanya jika pemkot meneruskan kebijakan larangan parkir itu. Namun, Baktiono meminta aksi perlawanan itu tidak dilakukan. Ia berjanji akan melindungi pedagang apabila ada aparat yang menggelar penertiban. “Jangan ada yang tutup. Komisi C jadi penjaminnya,” kata legislator yang menjabat sejak 1999 itu. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: