Teori Benih dalam Penciptaan Manusia
Harian Disway - TULISAN seri kedua belas.
Saya menyebutnya sebagai Teori Benih. Untuk menggambarkan proses penciptaan segala sesuatu di jagat raya. Yang sedemikian terencana. Termasuk penciptaan manusia. Di planet Bumi ini.
Benih adalah cikal bakal tumbuhan. Yang di dalam benih itu ada ”rencana tumbuh”. Dari ukuran kecil sampai besar. Berakar. Berbatang. Bercabang. Beranting dengan sekian banyak dedaunan. Kemudian berbunga. Lantas berbuah. Yang di dalamnya memunculkan benih lagi. Yang siap untuk bertumbuh. Secara terencana. Seperti generasi sebelumnya.
Sains menyebut ”perintah tumbuh” itu sebagai kode-kode genetika. Sebuah perintah. Yang entah dari mana asalnya. Tiba-tiba saja ada. Diturunkan dari generasi sebelumnya. Dari generasi sebelumnya lagi. Sebelumnya lagi. Sampai pada ujung mata rantai yang paling awal.
Para ilmuwan sekuler, ataupun ateis, tidak bisa menjelaskan. Kenapa dan dari mana kode-kode genetika itu. Yang memiliki rencana untuk menjadi ada. Dan hidup. Secara berkelanjutan.
Mereka menyebutnya sebagai seleksi alam. Sebuah proses kebetulan. Tapi, pintar. Sehingga membentuk makhluk hidup yang bisa survive dengan sendirinya. Di mana daya survival itu ada di dalam makhluk itu sendiri. Yang dengan sangat canggih bisa beradaptasi.
Jadi, sesungguhnya keberadaan sebuah tanaman sudah terencana sejak awal. Dari tanaman yang paling kuno. Yang menjadi nenek moyangnya. Bukan sebuah kebetulan. Melainkan, berproses sebagai hasil dari mekanisme sebab akibat.
Saya ada, sebagai akibat dari perkawinan orang tua saya. Demikian juga Anda. Orang tua kita dari orang tuanya lagi. Dari generasi-generasi sebelumnya. Demikian pula berbagai tanaman. Dan, hewan-hewan. Dan, apa saja.
Segala eksistensi di sekitar kita, di alam semesta, adalah produk dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Tidak muncul dengan tiba-tiba. Dari ketiadaan. Begitu saja. Melainkan, berproses dari sesuatu yang lebih sederhana. Menjadi lebih kompleks. Lebih canggih. Mengikuti suatu pola. Yang cerdas.
Ada perintahnya. Ada yang mengendalikannya. Di dalam makhluk itu sendiri. Yang bisa mereaksi segala kondisi lingkungannya. Sehingga bisa survive. Atau, mati. Tapi, secara keseluruhan menghasilkan pola yang memunculkan makhluk berderajat lebih tinggi.
Bukan hanya pada makhluk hidup. Segala benda mati pun memiliki pola pembentukannya. Dimulai dari asal-usul jagat raya. Saat awal. Yang dikenal sebagai sop kosmos. Atau, bahkan lebih awal lagi: singularitas.
Di sana ada seperangkat perintah. Yang menjadikan cikal bakal jagat raya itu meledak. Mengikuti sebuah pola. Berbasis pada perilaku gaya-gaya fundamental alam semesta.
Gaya nuklir lemah yang membentuk partikel-partikel. Gaya nuklir kuat yang membentuk inti atom-inti atom. Gaya elektromagnetik yang membentuk atom-atom dan molekul-molekul. Dan, gaya gravitasi yang membentuk dinamika benda-benda langit. Di seluruh penjuru jagat raya.
Tidak ada yang berjalan secara kebetulan. Semuanya mengikuti pola. Yang tersistem. Berjalan secara sebab akibat. Tak ada putusnya. Dari waktu ke waktu. Kemudian, disebut sebagai hukum alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: