Tinggal Uji Klinis, Prioritas Vaksin Merah Putih untuk yang Belum Divaksin

Tinggal Uji Klinis, Prioritas Vaksin Merah Putih untuk yang Belum Divaksin

VAKSIN Merah Putih (VMP) sudah dinyatakan lolos uji praklinis pada hewan. Efikasi vaksin buatan dalam negeri itu mencapai 93 persen. Tahap selanjutnya adalah uji klinik ke manusia. Rencananya bakal dimulai pada awal Desember nanti.

“Tahap animal trial dan preclinical trial hasilnya sama-sama bagus,” kata Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.

Nyoman mengatakan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) telah memantau perkembangan VMP sejak awal. Sehingga, tujuan akhirnya adalah efikasi VMP pada manusia bisa memenuhi standar WHO. Yakni harus melebihi 50 persen. “Sejauh ini semua berjalan lancar. Kalau uji klinik bagus, vaksin merah putih bisa diproduksi masal mulai tahun depan,” tandasnyi.

Sekretaris Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jatim dr Dominicus Husada menegaskan hal serupa. Bahwa fase uji praklinis sudah dituntaskan pada primata dan tikus. Hasilnya: efikasi sangat bagus.

“Dari 50 ekor hewan, terdapat 1-2 ekor yang tubuhnya mengalami kerusakan. Sebetulnya, yang penting bukan efikasi. Tetapi, keamanannya yang harus menjadi fokus kita,” katanya saat dihubungi kemarin (13/11).

Ia menjelaskan bahwa ada tiga tahapan uji klinik pada manusia. Pada tahap pertama, yang menjadi fokus perhatian adalah keamanan. Yakni, tidak berbahaya bagi 500 orang yang divaksin.

“Kalau sudah aman, lanjut ke tahap kedua. Baru dilihat manfaat vaksin itu,” imbuh Dominicus. Tahap kedua disuntikkan pada 500 orang juga. Apabila muncul kekebalan tubuhnya, maka vaksin dinyatakan bagus. Bisa lanjut ke tahap ketiga dengan jumlah ribuan orang.

Dominicus menegaskan bahwa dalam tiga tahap itu, semua kemungkinan bisa terjadi. Uji klinis itu memang benar-benar sebagai ajang pembuktian. Bahwa vaksin sangat aman dan bermanfaat, atau justru malah sebaliknya. “Dari situ kita tahu, bikin vaksin itu sangat sulit. Bahkan, saat ini hanya ada 40 vaksin yang tersedia di dunia untuk ribuan jenis penyakit,” jelasnya.

VMP ini merupakan bentuk perjuangan keras dari ilmuwan dalam negeri. Yakni untuk membuktikan bahwa mereka juga mumpuni memproduksi vaksin sendiri. “Kalau uji klinis bisa lolos, ini akan jadi sejarah baru bagi bangsa kita,” tandasnya.

Mengingat kebutuhan vaksin masyarakat Indonesia juga sangat besar. Pertama, masih banyak yang belum divaksin. Kedua, banyak yang jeda vaksinasinya sudah lebih dari 6 bulan. “Maka VMP bakal diprioritaskan untuk yang belum divaksin dan yang sudah lebih dari 6 bulan divaksin, karena kekuatan vaksin juga bisa menurun,” jelas Dominicus. (Mohamad Nur Khotib)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: