Optimistis Capaian Vaksinasi 100 Persen Tuntas Akhir Tahun

Optimistis Capaian Vaksinasi 100 Persen Tuntas Akhir Tahun

SUDAH 21.172.021 orang Jawa Timur yang mendapat suntikan vaksin dosis pertama. Itu setara dengan 66,52 persen capaian vaksin. Sisanya sekitar 33,48 persen atau setara 10.654.185 orang.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimistis capaian vaksinasi dosis pertama tersebut bisa tuntas Desember mendatang. Mengingat, cakupan vaksinasi Jatim mencapai 11 juta dalam dua bulan terakhir.

”Jadi, kalau 10 juta mestinya bisa selesai perkiraan 24 Desember nanti,” ujarnya saat memberikan arahan kepada kepala daerah se-Jatim di convention hall Grand City Mall, Surabaya, Senin (15/11) malam.

Hingga kini sudah ada 16 kabupaten/kota yang capaian vaksinasi dosis pertama lebih dari 70 persen. Bahkan, terdapat tujuh wilayah yang sudah mencapai 100 persen atau lebih. Di antaranya, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Kediri. (lihat tabel)

ilustrasi: Rozi

Khofifah juga minta tim vaksinator harus sangat detail. Sebab, beberapa kali terjadi penurunan capaian vaksinasi harian. Data yang ada tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Di Kota Kediri, misalnya, data capaian vaksinasi sempat turun.

Selain itu, dia menjelaskan bahwa vaksinasi selama ini juga memiliki kendala. Masing-masing berbeda di setiap wilayah. Ada yang terkendala kultural hingga persepsi yang kurang tepat terkait vaksin. ”Di Situbondo itu orang-orang cenderung pilih-pilih jenis vaksin. Jadi, maunya disuntik vaksin jenis tertentu saja,” jelasnyi.

Itu juga terjadi di Kota Blitar. Masyarakat setempat cenderung suka dengan vaksin produksi Sinovac. Bahkan, stok vaksin AstraZeneca masih tersisa banyak, sekitar 14.500 dosis. Selain itu, kendala kultural masih ditemui di beberapa wilayah. Salah satunya di beberapa wilayah Pulau Madura. Yang capaian vaksinasinya paling rendah sampai saat ini.

Untuk itu, wilayah yang capaian vaksinasinya rendah hendaknya mengadaptasi metode wilayah lain yang cakupannya sudah tinggi. Kuncinya, melibatkan berbagai stakeholder terkait.

Misalnya, yang diterapkan Kota Surabaya, melibatkan forkopimda. Atau seperti Kota Blitar, yang menginisiasi adanya bus antar jemput vaksin. Juga, melibatkan tiga pilar: forkopimda, kelurahan, dan KUA.

Juru Bicara Satgas Covd-19 Pusat Wiku Adisasmito angkat bicara. Ia mengingatkan bahwa cakupan vaksinasi sangat penting. Mengingat, sebentar lagi ada libur Natal dan tahun baru (nataru). ”Kita ingin memastikan cakupan vaksinasi di seluruh wilayah Jatim lebih baik. Terutama vaksinasi lansia terkait PPKM level,” katanya.

Wiku minta agar setiap wilayah memakai metode pentahelix approach. Tidak hanya melibatkan pemerintah, polisi, dan TNI. Tetapi, juga melibatkan sektor pendidikan dan industri. ”Peningkatan cakupan Jawa Timur dalam beberapa waktu terakhir ini sangat tinggi. Bahkan, stok vaksin yang tersedia juga sangat sedikit,” jelasnya.

Menurutnya, makin tinggi cakupan vaksin berbanding lurus dengan upaya antisipasi yang baik menjelang nataru. Meskipun, vaksinasi yang tinggi tidak serta-merta memberikan perlindungan kepada masyarakat. Misalnya, yang terjadi di beberapa negara lain seperti Korea, Jerman, dan Turki. Cakupan vaksinasinya tinggi, tetapi kasus malah naik.

Namun, di Indonesia justru sebaliknya. Kenapa demikian?

Wiku menjelaskan, ada beberapa alasan. Pertama, kekebalan kelompok alamiah mulai terbentuk sejak banyaknya penularan yang terjadi saat serangan gelombang kedua. Kedua, pembatasan mobilitas masyarakat diterapkan secara tertib. Baik internasional maupun lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: