Satu Setengah Jam, Komunitas Nol Sampah Bagi 500 Bibit

Satu Setengah Jam, Komunitas Nol Sampah Bagi 500 Bibit

KOMUNITAS Nol Sampah akhirnya bisa menggelar Peringatan Hari Pohon Sedunia lagi. Agenda rutin bagi-bagi pohon yang tak bisa dilakukan tahun lalu bisa digelar kembali kemarin (21/11).

Sepuluh pegiat lingkungan itu menenteng 500 bibit pohon buah. Mereka sudah berkumpul di area car free day (CFD) Kembang Jepun yang tidak terlalu ramai itu. ”Karena CFD-nya cuma ada di sini. Biasanya di Taman Bungkul. Tapi, di sana belum dibuka,” ujar Hani Ismail, organisator Nol Sampah.

Mereka membagikan bibit buah dan pohon peneduh. Tujuannya, saat besar nanti pohon bisa menghasilkan oksigen yang lebih besar ketimbang tanaman hias lainnya.

Bibit pohon sirsak, nangka, sukun, dan jambu biji yang paling diserbu warga. Nol Sampah juga membagikan bibit cemara udang, tabebuya, dan nyamplung.

Hani menerangkan, tanaman nyamplung atau Calophylum inophyllum adalah tanaman istimewa. Menjadi identitas Kota Surabaya. "Banyak yang belum tahu," ujarnya.

Dahulu nyamplung banyak ditanam warga atau tumbuh di tepi jalan. Pohon itu masih bisa dijumpai di Jalan Nyamplungan, Pabean Cantian. Seperti namanya, dahulu pohon nyamplung sangat banyak di Nyamplungan.

Peserta CFD di Kembang Jepun tidak banyak. Karena itulah, Nol Sampah membagikan tanaman tersebut kepada warga sekitar. Warga berebut bibit itu setelah tahu ada tetangganya dapat tanaman gratis. "Satu orang satu," ujar Hani kepada warga yang mengambil bibit tanaman itu.

Pendiri Komunitas Nol Sampah Hermawan Some mengatakan, bibit diperoleh dari penggalangan dana di kitabisa.com. Selain dibagikan di CFD, Nol Sampah menyumbangkan pohon ke SMPN 62 Surabaya. "Kalau yang sekarang kan (tingginya) 1 meter. Nanti untuk yang sekolah pohonnya lebih besar," kata pria asal Sumbawa itu.

Hermawan mengatakan, kampanye menanam pohon dimulai dari Rapat Dewan Nebraska, Amerika Serikat, pada 1872. Program penanaman sejuta pohon mulai dilakukan di sana. Kampanye Hari Pohon itu lalu tersebar di seluruh dunia.

Di era perubahan iklim dan perusakan lingkungan saat ini, gerakan menanam pohon sangat krusial. Penghijauan di kawasan perkotaan harus dilakukan.

Pohon setinggi 12 meter dengan berat 2 ton mampu menghasilkan 100 kilogram oksigen per tahun. Secara umum, setiap manusia menghirup 740 kilogram oksigen per tahun. Dengan begitu, diperlukan tujuh sampai delapan pohon bagi satu manusia untuk hidup selama setahun.

Pohon juga memiliki fungsi ekologis lainnya. Sebagai penampung air. Mencegah tanah longsor hingga menyerap polutan. "Satu pohon akan menyerap 1 kilogram karbon dioksida per hari," lanjutnya.

Wawan –sapaan akrab Hermawan– mengatakan bahwa 1 hektare ruang terbuka hijau yang dipadati pohon besar mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen per hari. Itu cukup untuk kebutuhan 1.500 penduduk. Sementara itu, daya serap karbon dioksidanya mencapai 2,5 ton per tahun.

Kawasan itu juga bisa menyimpan 900 meter kubik air tanah per tahun, mentransfer air 4.000 liter per hari, menurunkan suhu 5–8 derajat Celsius, meredam kebisingan 25–80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75–80 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: