Kemenag Tambah Kapasitas Asrama Haji Surabaya
ASRAMA Haji Sukolilo Surabaya bisa berbenah lagi. Sudah satu setengah tahun ini, tempat singgah calon jamaah haji itu disibukkan dengan mengurusi pasien Covid-19.
Kini situasi pandemi sudah terkendali. Pasien yang dirawat di Asrama Haji tinggal 14 orang. “Kami lakukan renovasi biar kapasitasnya makin besar,” ujar Kepala UPT Asrama Haji Surabaya Sugianto kemarin (22/11).
Pekerja merombak semua bagian Gedung Raudah yang sudah lama belum dimanfaatkan itu. Lokasinya ada di sisi utara Gedung Zam-Zam dan Shofa.
Pekerja memperbaiki lantai, dinding, hingga atap ruangan. Saat ini kapasitas Asrama Haji mencapai 750 pasien. “Jika gedung baru itu jadi, total kapasitas kita jadi 900 orang,” katanya.
Gedung serbaguna itu sudah disekat-sekat untuk penambahan kamar. Bangunan tiga lantai itu didesain seperti Hotel Zam-Zam dan Shofa. Biaya renovasinya mencapai Rp 9.255.740.000.
Sugianto mengatakan, penambahan kapasitas dilakukan untuk menampung calon jamaah haji (CJH). Bukan untuk mengantisipasi ledakan pasien.
Ia berharap haji bisa dibuka lagi tahun depan. Jumlah kasur di barak dan kamar hotel harus dikurangi untuk menjaga protokol kesehatan. Karena itulah penambahan ruangan di gedung baru sangat dibutuhkan.
“Mudah-mudahan bisa segera berangkat lah mereka. Kasihan sudah banyak yang menunggu lama,” lanjut Sugianto. Ada 500 ribu calon Jamaah Haji asal Jatim yang gagal ke tanah suci selama pandemi.
Kementerian Agama sudah melobi Kerajaan Arab Saudi agar tahun depan kuota haji untuk Indonesia dibuka lebar. Jika situasi ini tetap bertahan, maka antrean haji bisa molor lebih lama: bisa sampai 50 tahun.
Meski disiapkan untuk CJH, asrama haji tetap dipakai untuk menampung pasien Covid-19 hingga kemarin. Sugianto melaporkan pasien sempat melonjak 21 orang pada Minggu (21/11) sore.
Hari itu, ia mendapat tambahan 6 pasien dari asrama haji. Rata-rata adalah kiriman dari RSUD Soewandhie atau hasil swab massal pemkot di sekolah. “Siswa yang tidak bisa diisolasi di rumah, ya dikirim ke sini,” lanjut Sugianto.
Ia melihat tren kenaikan terjadi setelah pemerintah membuka pembelajaran tatap muka sejak September. Pemkot menggelar swab acak untuk mencari siswa tertular tapi tanpa gejala. Cara itu harus dilakukan agar tidak muncul kluster baru di sekolah.
Sugianto tidak mempermasalahkan kelonggaran di sektor pendidikan itu. Ia hanya mempertanyakan kelonggaran di sektor usaha hiburan malam dan wisata. “Mereka dibuka, akhirnya naik kan sekarang,” keluhnya.
Akhir Oktober lalu, Asrama Haji nyaris tanpa pasien. Hanya tersisa satu orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: