Polda Metro Bikin COP di Kampung Tangguh

Polda Metro Bikin COP di Kampung Tangguh

Peak adalah guru besar kriminologi dan mantan ketua Departemen Peradilan Pidana, Universitas Nevada, Reno, AS.

Ia menjelaskan, Periode Inovasi terjadi setelah kerusuhan sipil di sana tahun 1960-an. Itu upaya untuk mengidentifikasi alternatif metode reaktif yang dikembangkan pada abad pertengahan.

Di era itu, pemolisian menggunakan program-program kuno. Walaupun, namanya Periode Inovasi (pada zaman itu).

Periode Inovasi, pemolisian berkiblat pada broken window theory. Suatu teori kriminologi yang sangat terkenal karya bersama James Q. Wilson dan George Kelling pada 1982. Intinya, bentuk pemolisian berorientasi pada masalah.

Periode Difusi. Departemen kepolisian mulai mengintegrasikan polisi dengan masyarakat. Departemen kepolisian membentuk divisi khusus yang menyatu dengan masyarakat.

Di periode itu, polisi menyadari bahwa menjaga keamanan dan ketertiban memang tugas pokok polisi. Tapi, masyarakat juga sangat berharap kondisi aman dan tertib. Atau, polisi dan masyarakat berada di satu jalur yang sama. Mengapa masyarakat tidak dilibatkan?

Sejak itu, polisi selalu mendapat informasi dari masyarakat tentang tindak kejahatan di berbagai wilayah. Masyarakat jadi penunjuk peristiwa kejahatan. Secara detail. Itu memudahkan gerak polisi. Di Indonesia, dalam bahasa slank, itu mirip Cepu.

Periode Kelembagaan. Yakni, lembaga kepolisian tidak lagi terpusat. Melainkan dipecah-pecah dalam departemen kecil-kecil. Di daerah-daerah, sampai pedesaan.

Kepolisian tingkat county (wilayah kecil) masih juga membina komunitas warga setempat, kira-kira setara RW atau RT di Indonesia.

Di tingkat itu, polisi bekerja sama dengan komunitas warga. Kerja sama penuh. Warga bukan cuma jadi Cepu. Melainkan, juga menyelesaikan problem kecil-kecil. Seperti perselingkuhan, anak hilang, anak nakal, orang tenggelam, dan gangguan hewan buas. Warga dan polisi akrab.

Di periode terakhir itulah diterapkan COP atau POP di sana. Disebut juga pemolisian modern (sampai sekarang).

Beda antara pemolisian konvensional dengan modern itu tadi. Konvensional: berorientasi pada masalah. Bertumpu pada kecepatan polisi bergerak. Warga menelepon kantor polisi, dalam sepuluh menit polisi sudah tiba di TKP. Lalu menangani masalah.

Itu disebut juga teori pemadam kebakaran (kayak petugas pemadam kebakaran).

Modern: polisi dan warga menyatu. Akrab. Memecahkan masalah bersama. Misalnya, di masa pandemi ini ada Kampung Tangguh. Juga waspada kemungkinan rusuh oleh ormas.

Keunggulan pemolisian modern: polisi bersama warga bisa mencegah sesuatu yang berpotensi jadi kejahatan. Sebelum tindak kejahatan terjadi. Gejala yang berpotensi jadi kejahatan diketahui warga, dilaporkan ke polisi. Diselesaikan bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: