Tetap Perlu Manajemen dalam Bisnis Keluarga
MEMBANGUN sebuah bisnis tentu tidak mudah. Banyak hal yang perlu diperhatikan. Apalagi membangun sebuah bisnis keluarga.
Biasanya, dalam bisnis keluarga sering terjadi pertengkaran. Misalnya, berebut posisi. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Ketua Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera Tee Teguh Kinarto menjelaskan, biasanya dalam bisnis keluarga ada sebuah peraturan. Baik tidak tertulis maupun yang tertulis. Aturan itu dibuat dan disepakati anggota keluarga.
Namun, bisa juga memakai cara lain. Yakni, anggota keluarga tidak perlu berkecimpung dalam urusan bisnis. Mereka cukup memegang saham. Beberapa anggota memegang kendali terhadap perusahaan yang dipegang. Dengan cara itu, perusahaan dapat lebih terkendali dan efisien.
Namun, para pemegang saham harus juga mengawasi perusahaan yang sedang dikerjakan keluarganya. Agar perusahaan bisa terus berkembang. ”Nantinya perusahaan bisa lebih besar. Bahkan bisa saja seperti Tancorp yang sampai memiliki holding,” kata Teguh.
Teguh memang kagum terhadap Tancorp. Terlebih kepada CEO Tancorp Group Hermanto Tanoko. Menurutnya, laki-laki itu cukup cerdas. Juga, mau bekerja keras. Ia menceritakan bagaimana jatuh bangunnya perusahaan cat Avian.
Tanoko dulu hanya membantu ayahnya menjual cat Avian. Saat itu merek Avian tidak terkenal seperti sekarang. ”Bahkan, setahu saya banyak toko cat yang awalnya menolak Avian,” ungkap Teguh.
Namun, karena kegigihannya itu, Avian bisa besar seperti sekarang. Bahkan bisa memiliki holding. Kegigihan seperti itu yang seharusnya ditiru anak muda zaman sekarang. Terutama untuk mahasiswa Universitas Ma Chung.
Dalam diskusi daring yang bertajuk Stop Selling, Start Helping, Teguh mengajak para mahasiswa untuk mulai entrepreneur sejak dini. Dengan demikian, ketika mahasiswa lulus kuliah, diharapkan usaha yang dimiliki sudah berkembang. Namun, tidak salah juga bila ada sebagian mahasiswa yang ingin menjadi seorang profesional.
CEO Tancorp Group Hermanto Tanoko juga menjadi pembicara dalam diskusi itu. Ia teringat dengan cerita awal penjualan Avian. Menurutnya, pada saat itu memang tidak ada toko bangunan yang mau menjual produknya.
Namun, Tanoko tidak kehilangan akal. Ia menghubungi temannya yang berlokasi dekat toko tersebut. Kemudian, teman Tanoko dimintai tolong untuk mendatangi toko tersebut dan meminta cat Avian. ”Tentunya enggak ada kan. Nah, hari berikutnya saya tawarkan lagi cat Avian ke toko bangunan itu. Baru si pemilik mau menjualkan Avian,” jawabnya, lantas terkekeh.
Dalam bisnis, akal memang harus dimainkan. Ide-ide cemerlang harus terus dituangkan. Dengan begitu, bisnis bisa terus berkembang. Meskipun di masa sulit sekalipun.
Sementara itu, Rektor Universitas Ma Chung Murpin Josua S. berharap agar mahasiswa Ma Chung bisa belajar dari Tanoko. Menurutnya, Tanoko akan didatangkan lagi sebagai pemateri. Dengan begitu, spirit bekerja keras dalam diri mahasiswa bisa tumbuh.
Selain itu, peserta seminar diharapkan bisa belajar dari Tanoko yang sudah bermain saham sejak remaja. Meskipun, saham yang dimainkan Tanoko bersifat perusahaan tertutup. Yakni, saham milik perusahaan keluarganya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: