Andy Elektrik, Preman Berhati Malaikat

Andy Elektrik, Preman Berhati Malaikat

Istana Karya Difabel (IKD) bukan yayasan. Bukan pula lembaga bimbingan anak berkebutuhan khusus. Inilah tempat berkreasi bagi mereka yang punya kemampuan berbeda. Semua bebas tampil dan berekspresi. Gratis!

RAMBUT gondrong Andy Setiawan dibiarkan terurai. Pergelangan tangan kanannya penuh dengan gelang tali. Di jari kanannya terpasang cincin silver berbentuk tengkorak.

Celana dan kausnya serba hitam. Wajahnya sangar. Orang sering mengira ia preman.“Ya, memang preman,” kata Andy sambil tertawa di Sentra Wisata Kuliner Arif Rahman Hakim (SWK ARH), Minggu (5/12). 

Andy Elektrik, sapaan akrabnya, tidak terganggu jika ada yang menyebutnya sebagai preman gara-gara penampilannya itu. Ia merasa nyaman dengan pakaian yang ia kenakan. Sejak kecil ia hidup di jalanan. Melanglang buana dari Surabaya ke Jakarta.

Di sana, ia aktif di komunitas seniman jalanan. Begitu kembali ke Surabaya ia mendirikan band rock The Lamkoar. Ia jadi gitaris sekaligus vokalis. Katanya, nama itu terinspirasi dari diksi bahasa Suroboyoan lawas yang artinya anak durhaka.

Begitu kembali di kota kelahirannya ia membuka warung makanan di emperan Jalan Klampis Ngasem selama 15 tahun. Saat bisnisnya mulai lancar, Satpol PP datang menertibkan.

Pedagang dipindahkan ke SWK ARH yang dibangun Pemkot Surabaya. Di tempat yang lebih rapi dan tertata itu, pedagang malah menderita.

Omzet mereka merosot selama dua tahun pertama. Banyak yang putus asa akhirnya menyerah jadi pedagang. Beberapa orang terusir karena tidak kuat membayar sewa stan.

SWK sepi seperti kuburan. Andy merasakan penderitaan yang sama. Dagangan tahu tek-nya tidak laku.

Di tengah kesulitan itu muncul ide untuk membuat acara untuk meramaikan SWK. Andy yang memiliki latar belakang musisi, membangun panggung hiburan tepat di tengah SWK. Sound system dan alat musik dibeli dengan uang tabungan dan bantuan donatur. 

Event lomba band mulai dibikin pada 2019. Vokalis Boomerang Roy Jeconiah, Personel Power Metal Mugix Adam jadi jurinya. SWK jadi ramai. Omzet pedagang bisa tembus Rp 7 juta hari itu 

“Saat itu ada teman yang anaknya difabel. Kami kasih wadah untuk main di panggung,” ujar Andy yang punya dua stan di SWK ARH. Ternyata sang anak mengalami perkembangan yang signifikan. Ia lebih percaya diri tampil ke publik. Saat itulah Andy merasa terapi seni untuk ABK sangat efektif.

Lahirlah Istana Karya Difabel. Semakin banyak musisi difabel yang ikut manggung. Terutama bagi penyandang tunanetra. Mereka tidak bisa melihat, namun kemampuan pendengarannya lebih terasah.

Program difabel manggung itu tersebar begitu cepat di komunitas difabel. Seiring waktu,yang datang bukan hanya anak-anak tunanetra. Banyak yang tidak bisa terwadahi di panggung musik itu. 

Anak-anak yang kurang berminat di bidang musik diarahkan ke bidang tari dan lukis. Andy memanggil teman-temannya seniman yang jago melukis untuk mendampingi anak-anak itu. “Mereka datang tanpa dibayar,” ujar Andy sambil mengontrol volume speaker dari meja soundman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: