Keluar dari ASN agar Bisa Full Melukis

Karena bakat seni Mpu Harrys begitu menonjol, ia dipercaya untuk membuat mural di berbagai dinding pertokoan untuk mempromosikan produk dagangan, juga membuat beragam hiasan dinding. 

Kemampuan melukisnya itu membuatnya mampu bersekolah dengan biaya sendiri. Saat SMA itulah ia mendapat julukan Mpu. Sebab, ketika itu ia aktif dalam teater, melakukan pementasan 5 kota, membawakan lakon Ken Arok dan berperan sebagai Mpu Gandring. “Sampai sekarang saya dijuluki Mpu oleh kawan-kawan,” kenang anak keempat belas dari lima belas bersaudara itu.

Mpu Harrys bahkan melanjutkan kuliah ke Universitas Sunan Giri (Unsuri) dan mengambil jurusan Sosial Politik. Kemudian ia aktif bekerja sebagai pelukis poster bioskop serta gambar-gambar desain manual. “Dulu belum ada printing. Masih menggunakan teknik manual. Saya aktif sebagai pelukis poster dari 1979-1986,” ungkap ayah dua anak itu.

Muara Sandar, salah satu lukisan karya Mpu Harrys.

Pada 1986 itu Mpu Harrys mulai menekuni karier sebagai pelukis profesional. Meski saat itu juga sembari bekerja sebagai pegawai Dinas Kesehatan Mojokerto. Sebagai mantan pelukis poster, tentu cukup mudah bagi Mpu Harrys untuk terjun dalam dunia seni rupa. Kemampuannya telah terasah, ditunjang dengan latar belakangnya sebagai anak yang lahir di daerah pedesaan di Jetis, Mojokerto. Tempat ditemukannya fosil manusia purba, Pithecanthropus mojokertensis.

“Saya mengamati sawah, dekat dengan suasana agraris. Saya sangat paham dengan jenis warna kuning dari bulir padi yang siap panen,” terangnya. Itulah yang membuat Mpu Harrys begitu mengakrabi gaya naturalisme. Kedekatan dengan suasana alam yang dituangkan dalam karya.

Bagi Mpu Harrys, melukis sama halnya dengan berbicara. “Mengungkapkan suara hati secara apa adanya, namun harus santun serta sarat dengan kearifan,” jelasnya.

Hal itu tergambar dari karya-karya naturalismenya yang mengungkap budaya agraris, semangat kebersamaan serta segala pesonanya. (Guruh Dimas Nugraha)

 

Sumber: