Dirayakan dengan Sembahyang Genta Rohani

Pada perjalanan ke banyak negara untuk menyebar kebaikan itulah, Nabi Kong Zi mulai digelari sebagai Tian ZhiMu Duo. Thian Zhi berarti ”Putra Tuhan”. Sedangkan ”Mu Duo” berarti ”Genta Rohani”.  ”Untuk mengenang perjalanan beliau dalam memberi pencerahan, kami mengadakan upacara Genta Rohani. Ronde hanya prasarana, sebagai doa, ucapan syukur, dan harapan,” ungkapnya.

Sama dengan kebudayaan Jawa yang disebut sebagai jagad simbol, masyarakat Tionghoa yang menganut Tri Dharma juga begitu. Sajian-sajian yang ada dalam tiap upacara memiliki makna tertentu. Ronde atau tangyuan, misalnya, dalam persembahyangan Genta Rohani disajikan dengan jumlah 12 mangkuk.

”Dua belas mangkuk mengandung arti tentang siklus tahunan yang berlangsung selama 12 bulan,” ujar ayah lima anak itu. Ronde yang rasanya manis dan hangat, bermakna sebagai harapan dan doa, agar selama setahun penuh selalu dinaungi keberuntungan atau ”manisnya hidup”.

Kemudian, Liem beranjak dari ruangannya ke ruang utama lantai 1 Kelenteng Delapan Jalan Kebajikan. Di ujung selatan terdapat patung Kong Zi yang berukuran cukup besar. Di sebelah patung tersebut terdapat ruang kosong yang lebar dan memanjang. ”Ibadah Genta Rohani pada 22 Desember nanti diselenggarakan di lantai 2. Setelahnya, kami para umat Konghucu berkumpul bersama di sini. Makan ronde,” ungkapnya sambil menunjuk ruang memanjang tersebut.

Di tempat itu pada 22 Desember nanti disediakan meja panjang dengan hidangan ronde berjumlah 12 mangkuk. Enam mangkuk ronde berkuah merah, enam lainnya berkuah putih. ”Ditata melingkar. Enam mangkuk kuah merah di tengah, enam mangkuk putih mengitarinya di bagian luar. Seperti lingkaran merah putih,” ujarnya.

Penataan tersebut terlihat mirip dengan penataan bubur merah putih dalam tiap ritus budaya Jawa. Mungkinkah penataan bubur dalam budaya tersebut terakulturasi dari budaya Tionghoa? Atau sebaliknya? (Guruh Dimas Nugraha)

 

*Ronde atau Tangyuan dan Filosofi yang Mengitarinya, baca besok...

Sumber: