Menikmati Atlanta dengan Sepeda, Gowes ke Museum Coca-Cola dan Georgia Aquarium

Menikmati Atlanta dengan Sepeda, Gowes ke Museum Coca-Cola dan Georgia Aquarium

Bersepeda masih digandrungi banyak orang. Salah satunya, Azmi Pamuntjak. Ia sudah beberapa tahun ini gemar mengayuh Brompton. Saat berkunjung ke negara lain, ia tak pernah lupa membawa si sepeda kesayangan. Terakhir, ia mengayuh si Brompton bilangan Atlanta, Georgia, AS.

 

PRIA yang bekerja di bidang penerbangan itu bertolak ke Negeri Paman Sam pada 19 Desember 2021 lalu. Lama terbang sekitar 17 jam menggunakan Qatar Airways. Untuk urusan pekerjaan, sebenarnya. Tapi, ia tak mau melewatkan gowes di negeri orang sambil menikmati musim dingin.

’’Ini keunggulan sepeda lipat. Lebih mudah dibawa kemana-mana. Saya membawa tas khusus untuk menyimpannya di pesawat. Supaya enggak kegores barang lain di bagasi,’’ cerita Azmi. ’’Tapi tetap saja harus ada dokumen yang harus diurus di bandara kalau bawa benda besar untuk ukuran bagasi. Kayak sepeda ini,’’ jelasnya.

Azmi harus mengurus SPMB (Surat Pemberitahuan Membawa Barang). Untuk menandai bahwa benda itu dibawa dari negara asal. Bukan dibeli di negara tujuan. Agar pihak bea cukai tidak melabelinya sebagai barang masuk, sehingga kena pajak. Pengurusan dokumen sekitar sejam. Maka, Azmi datang dua setengah jam sebelum jam lepas landas.

Pemeriksaan penumpang oleh maskapai terbilang sederhana. Asal sudah vaksin dua kali dan menunjukkan buktinya melalui aplikasi Pedulilindungi.

SALAH SATU ikon Atlanta, Museum Coca-Cola, menjadi destinasi wajib dikunjungi saat gowes. 

Azmi tiba di Jackson International Airport Atlanta pada 20 Desember. Pria berkacamata itu menuturkan, proses masuk AS tidak ribet. Padahal, ia sebelumnya khawatir bakal ditanya macam-macam. Pihak imigrasi hanya mengecek bukti bahwa ia sudah vaksin. Beres.

’’Tidak ada tuh kewajiban harus karantina mandiri dulu. Prosedurnya nyaris sama seperti hari biasa. Rasanya penduduk di sini sudah mulai cuek dengan Covid-19. Tapi mereka tetap beraktivitas dengan menggunakan masker,’’ jelasnya.

Hal pertama dan cukup krusial menurut Azmi setibanya di AS adalah memiliki aplikasi Uber. Penjemputan jauh lebih fleksibel dibandingkan transportasi umum seperti bus kota atau kereta bawah tanah. Pembayaran bisa menggunakan kartu kredit yang sudah dikoneksikan dengan Paypal.

Hari pertama di Atlanta, Azmi dan rekan langsung menyelesaikan pekerjaan. Kesibukan dipadatkan pada hari itu juga. Sehingga esok hari bisa leluasa bergowes ria. Setelah semuanya dirasa selesai, mereka kemudian menyiapkan sepeda untuk digowes pada hari kedua.

Ia sudah mengecek kondisi sepeda lebih dahulu di bengkel langganan di Jakarta. Untuk meminimalkan kemungkinan masalah teknis selama di AS. Ia juga membawa toolkit sederhana, bilamana dibutuhkan. Helm serta komponen berkendara dasar sudah pasti dibawa. Juga jersey khusus yang pada akhirnya tidak dipakai.

’’Saat ini AS lagi musim dingin. Jadi suhunya berkisar 6-8 derajat selsius. Jersey sepeda kami enggak jadi terpakai. Karena harus memakai beberapa lapis baju supaya hangat saat gowes,’’ papar Azmi. ’’Siang memang terik. Tapi anginnya dingin banget sampai menusuk tulang,’’ ceritanya.

Sekali gowes dirinya bisa memakai tiga lapis baju. Kemudian celana dua lapis. Disempurnakan dengan sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu. Itu pun menurutnya kadang masih kurang. Tapi, rasa dingin bisa diatasi karena mengayuh sepeda bikin berkeringat.

Atlanta digambarkan Azmi sebagai daerah yang ramah pesepeda. Selalu ada lajur khusus sepeda hampir di setiap ruas jalan protokol. Rambu-rambunya pun jelas. Menurut Azmi, itu sudah sangat memadai dari segi keamanan dan kenyamanan. Semua aman, asal tidak keluar ke lajur cepat kendaraan bermotor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: