Tiongkok Bersiap Hadapi Lonjakan Penumpang

Tiongkok Bersiap Hadapi Lonjakan Penumpang

LIU Ye cukup girang menyambut libur musim semi (liburan Imlek) tahun ini. Perempuan 33 tahun yang bekerja sebagai auditor di Beijing itu akan pulang ke Kaifeng, Provinsi Henan. Naik kereta. Bersama orang tuanya. Mereka akan menghabiskan liburan bersama kakek-nenek di sana.

’'Saat ini, beli tiket lebih murah dibandingkan tahun lalu. Saya tinggal menyiapkan hasil tes negatif Covid-19 sebelum berangkat pada 29 Januari,’’ ucapnya seperti dikutip China Daily.

Ya, pandemi memang belum jura mandek. Karena itu, Liu berjanji tidak akan mencopot masker selama perjalanan. Juga tidak akan makan di kereta. ’’Meski ada risiko itu, saya yakin otoritas transportasi menjamin keselamatan penumpang,’’ ucap Liu.

Memang, Tiongkok sedang menghadapi musim mudik (chun yun). Yang diklaim sebagai yang paling akbar sejagat. Dalam libur mulai kemarin hingga 25 Februari itu, diperkirakan 1,18 miliar manusia akan melakukan perjalanan ke kampung halaman. Itu naik 35,6 persen dibanding tahun lalu. Tetapi masih jauh dibanding 2019. Jumlah penumpang tahun ini hanya 60 persen penumpang tiga tahun lalu.

Akhir pekan lalu, otoritas penerbangan dan perkeretaapian mengatakan bahwa mereka akan menambah armada. Selain itu, aparat juga akan terus memelototi daerah-daerah yang berisiko tinggi dan sedang dalam hal Covid-19.

Zhou Min, wakil direktur kantor kontrol darurat Kementerian Transportasi, mengatakan bahwa selama masa sibuk itu, Tiongkok akan menghadapi tekanan yang lebih besar karena para pejabat berupaya menawarkan layanan transportasi yang aman sambil menjaga dari epidemi.

Zhu Wenzhong, wakil direktur departemen transportasi penumpang di China State Railway Group, operator kereta api nasional, mengatakan bahwa perusahaannya akan menambah kursi harian sekitar 10,5 juta. Penambahan itu 10 persen lebih banyak ketimbang 2019.

Pengelola kereta api juga akan memperpanjang waktu layanan pemesanan online. Jika ada komplain, uang akan dikembalikan dalam satu hari. Itu untuk menghindari kerumunan orang yang mengantre di stasiun yang bisa meningkatkan risiko penyebaran virus.

"Ketika terjadi wabah di suatu wilayah tertentu, kami akan menangguhkan atau mengurangi kereta penumpang dari atau ke wilayah itu. Agar tidak ada penularan lewat jalur kereta api,’’ katanya. (Doan Widhiandono)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: