OJK Dorong Pertumbuhan Kredit di Jatim
PANDEMI dan PPKM berkontribusi menghambat aktivitas ekonomi. Khususnya pada industri pengolahan. Akibatknya, pertumbuhan kredit di Jatim pada 2021 lalu, terhitung hingga November 2022 hanya mampu mencapai 2,74 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan kredit nasional.
Di level nasional, pertumbuhan kredit mencapai 4,73 persen. Ini karena komoditas tertentu seperti batu bara atau sawit yang mengalami pertumbuhan. Sedangkan di Jawa Timur lebih banyak industri pengolahan dan industri rumah tangga.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, kredit per sektoral hingga November 2021 secara nasional, industri rumah tangga berkontribusi paling besar terhadap total penyaluran kredit nasional yang jumlahnya mencapai 28,6 persen dengan tren pertumbuhan 3,59 persen (Year on Year/YoY). Disusul sektor perdagangan besar dan eceran berkontribusi 27 persen dengan alokasi bagi UMKM 64,4 persen.
Untuk mendorong target proyeksi pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2022 sebesar 5 sampai 5,8 persen, OJK Regional 4 Jawa Timur lebih memacu kinerja penyaluran kredit bagi UMKM dan korporasi. Kepala OJK Regional 4 Jatim, Bambang Mukti Riyadi kepada Harian Disway mengatakan, pihaknya juga memiliki langkah lain dalam mendorong akses keuangan bagi korporasi.
Salah satunya melalui kerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan memacu emiten industri pengolahan untuk go public sebagai salah satu instrumen pembiayaan lain. Serta kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) yang menyasar pada UMKM.
“BI punya yang namanya program Rumah Kurasi, yang menyasar UMKM. Akses pembiayaannya kami fasilitasi,” terang Bambang Mukti.
Sementara itu, pada 2022 ini Kantor Perwakilan BI Jawa Timur memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Jatim tahun 2022 akan mengalami kenaikan di antara 5 hingga 5,8 persen, seperti target yang diproyeksikan OJK. BI juga memproyeksikan besaran inflasi 2022 sekitar 2,9 persen hingga 3,1 persen.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim Budi Hanoto menerangkan, optimisme pencapaian tersebut mengacu pada sejumlah indikator penguatan ekonomi. Antara lalin daya beli masyarakat yang terus membaik dipicu melandainya pandemi Covid-19. Selain itu, pemerintah juga sudah melonggarkan beragam kegiatan masyarakat.
“Untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini kami proyeksikan sekitar 3,2 persen sampai 4 persen,” kata Budi Hanoto. (Gegorius Brahmanda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: