Cinta ‘kan Membawamu Kembali, Toni…

Cinta ‘kan Membawamu Kembali, Toni…

Toni Harsono seolah-olah ditakdirkan untuk jauh dari wayang Potehi. Sejauh apa pun ia lari, tetap saja Toni kembali. Demi potehi.

BUTIRAN-butiran keringat bermunculan di dahi dan leher Toni Harsono. Pada sebuah siang yang panas itu, 26 Januari, Toni sedang menunggui penampilan Fu He An, nama kelompok wayang potehinya, di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang.

Sebelum kelompok itu tampil, Harian Disway dan Toni berbincang cukup lama di kantin dinas yang terletak di belakang masjid tersebut. Di situlah Toni mengungkapkan kisah perjalanan hidupnya. Perjalanan yang sudah diniatkannya untuk menjauh dari wayang potehi. Perjalanan yang lagi-lagi harus bergumul dengan kesenian tersebut.

’’Sekolah saya dulu di situ,’’ kata Toni sambil menunjuk ke arah depan kantor dinas tersebut. Yang dimaksudnya adalah SMA PGRI 1 Jombang. Sekolah itu terletak di Desa Sengon, Kabupaten Jombang. Nama jalannya, dulu, adalah Jl Pattimura. Tetapi sejak Oktober 2019, namanya diubah menjadi Jalan Bupati R. Soedirman.

’’Lha teman saya yang rumahnya di sini pun ndak tahu kalau nama jalannya berubah. Saya juga sempat bingung, Jalan Bupati R. Soedirman itu di mana,’’ kata pria kelahiran 7 Juli 1969 tersebut lantas terkekeh.

Ya, Toni memang bersekolah menengah di Jombang. Sekitar 15 kilometer dari rumahnya di Gudo yang sudah mepet dengan Kediri. ’’Kalau SD, saya di Gudo,’’ ceritanya. Tepatnya di SDN Pesanggrahan. Letaknya hanya beberapa ratus meter di utara Kelenteng Hong San Kiong. ’’Ya dulu orang-orang Tionghoa yang ndak punya duit sekolah di situ. Yang punya duit di Jombang,’’ ucap Toni.

Memang, masa kecil Toni dilaluinya dengan hidup yang serba bersahaja. Pekerjaan ayahnya sebagai dalang membuat keluarga itu tidak bisa bermewah-mewah. Sebab, dalang wayang potehi bukan sarana memupuk kekayaan. Dalang wayang potehi adalah pekerjaan pengabdian. Untuk para dewa, untuk peribadatan, juga untuk umat.

Ketika sekolah menengah itu, Toni sudah yatim. Ayahnya, sehu Tok Hong Kie dipanggil Yang Mahakuasa pada 9 Desember 1983 dalam umur 45 tahun. Toni sendiri masih berusia 13 tahun.

Saat sekolah itulah Toni sudah mulai melupakan wayang potehi. Ia hidup seperti remaja pada umumnya. Yang lekat dengan kenakalan-kenakalan khas. Toni juga berpindah-pindah sekolah. Saat SMP, Toni bersekolah di SMPN 1 Jombang di dekat alun-alun lalu lanjut ke SMP Petra Jombang yang lebih ke utara. Dekat Ringin Contong, salah satu tetenger Jombang.

SMA juga dihabiskannya di dua sekolah. Dari SMA PGRI 1 Jombang, Toni merantau lebih jauh. Ke Malang. Di SMA Kalam Kudus. Lulus SMA, Toni melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional, Malang.

Jajaran boneka wayang potehi di Museum Potehi Gudo milik Toni Harsono.
(Foto: Boy Slamet-Harian Disway)

Toni benar-benar menikmati masa mudanya. Di masa-masa itu pula, Toni menikmati hobinya: merakit dan mrotholi motor. Hobi itu masih dilakukannya hingga kini. Tak pelak, di Museum Potehi Gudo juga terdapat beberapa bodi motor yang prothol. Seperti rongsokan. Padahal, itu adalah harta karun bagi penikmatnya. ’’Saya itu, kalau motor nggak protholan rasanya nggak enak,’’ kata Toni.

Di masa muda itulah, Toni seperti jauh dari potehi. Apalagi tatkala ia sudah berbisnis. Yakni berdagang emas di Pare, Kediri.

Namun, jalan hidup Toni memang harus dekat dengan kesenian yang dibawa kakeknya ke Gudo dari Fujian, Tiongkok, tersebut. Kilas balik itu terjadi sekitar tahun 2000. Meski jauh dari wayang potehi, Toni masih kerap mengamati kesenian itu. Terlebih, wayang potehi masih hidup di Gudo. Penampilan kesenian itu seperti tak terhenti oleh apa pun. Bahkan oleh kebijakan pelarangan kebudayaan Tionghoa semasa Orde Baru.

Sekitar dua dekade silam itulah Toni merasakan kegelisahan besar. ’’Saya nggak puas melihat bentuk-bentuk bonekanya. Menurut saya nggak sesuai pakem atau bentuk yang asli,’’ ujar Toni. 

Dari situlah petualangan besarnya dimulai. Sampai saat ini. Ia kembali menggeluti potehi. Tidak sebagai dalang. Tetapi menjadi orang di balik layar yang menjaga api semangat wayang potehi tetap menyala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: