Ribuan Kepala dan Kaki di Museum Potehi

Ribuan Kepala dan Kaki di Museum Potehi

Insiden-insiden semacam itu tidak menyurutkan niat Toni untuk terus menghidupkan wayang potehi. Cintanya benar-benar tanpa pamrih.

’’Saya tidak mendapatkan keuntungan material dari wayang potehi. Justru saya yang banyak mengeluarkan uang,’’ cetus Toni.

Sejatinya, Toni punya hak honor dari penampilan kelompok Fu He An miliknya. Pembagiannya begini: uang tanggapan (honor untuk mengundang satu kelompok) akan disisihkan 10 persen untuk pemilik peralatan wayang. Lalu 11 persen diberikan kepada orang yang memberikan job. Dan di kelompok Fu He An, itu semua dilakukan Toni. ’’Saya yang mencarikan job. Dan segala peralatan yang dipakai adalah milik saya. Jadi, saya seharusnya dapat 21 persen,’’ kata Toni.

Tetapi, uang itu tidak sepeser pun diminta Toni. ’’Sudah. Semuanya saya relakan untuk grup. Untuk yang tampil. Yang kerja. Bahkan, kalau tanggapannya tipis, saya sering bantu uang transport,’’ ucapnya.

Di tangan Toni, pertunjukan wayang potehi itu tidak hanya terus hidup. Tetapi, boneka-boneka yang tampil pun terasa sangat orisinal. Lebih orisinal daripada boneka yang dijual di Tiongkok, negeri asalnya… (Doan Widhiandono)

Edisi sebelumnya: Lukis Boneka Berdasar Ingatan

Kaki boneka wayang potehi sebelum dicat.
(Foto: Boy Slamet-Harian Disway)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: