Anak Berbakti Itu Akhirnya Membunuh

Anak Berbakti Itu Akhirnya Membunuh

Ada saja orang yang memanfaatkan keluguan dan kepolosan seseorang. Termasuk meminta untuk melakukan tindak kriminal. Itulah yang dialami Nurhuda, tersangka pembunuhan Shin Chuan, warga Manukan Tama Surabaya. Shin Chuan merupakan bos isi ulang air minum.

--------------------------------------

TETESAN air mata tak sanggup lagi dibendung Sulis. Perempuan 50 tahun itu adalah ibunda Nurhuda. Sambil terus menangis, dia menceritakan kisah pahit anaknya. Pun, beberapa hari sebelum penangkapan putranyi.

”Saya saat itu sempat bertanya kepada anak saya. Ada apa? Karena saya melihat beberapa hari terakhir sifatnya berubah. Selama ini anak saya selalu berbakti dan pasti terbuka dengan saya. Apa pun itu,” katanyi saat ditemui di rumahnyi kemarin (23/2).

Awalnya Nurhuda tidak mau menceritakan kejadian tersebut. Hanya, Sulis terus mendesak agar ia bercerita. Sampai akhirnya pertahanan menutupi itu semua runtuh. Anak pertama dari dua bersaudara tersebut pun menceritakan semua kejadian itu kepada ibunya.

”Saya bilang ke anak saya. Sebesar apa pun dosa yang dilakukannya, kamu tetap anak saya. Ibu akan memaafkan. Tapi, kalau kamu bohong, kamu sudah durhaka sama ibu. Saat itu ia menceritakan semuanya. Ia mengakui telah membunuh Pak Shin Chuan. Ia minta maaf ke saya,” ucapnya.

Obrolan keduanya terjadi tiga hari sebelum polisi menangkap Nurhuda. Saat itu pria tersebut menghabiskan waktu bersamanyi. Ia terus menangis menyesali perbuatan yang telah dilakukan itu. Pria lulusan sekolah dasar (SD) tersebut mengaku terpaksa melakukan pembunuhan tersebut.

Nurhuda memang pernah bekerja di toko sandal di kawasan Pasar Grosir Surabaya (PGS) milik Yuliana. Yuliana merupakan keponakan Shin Chuan. Karena kepolosan dan keluguannya, Nurhuda dipercaya menjadi kepala toko di Probolinggo.

Saat bekerja di sana, Nurhuda berkenalan dengan Andre. Ia merupakan pengedar narkotika. Juga, terkenal sebagai preman di daerah tersebut. Bahkan, pria tersebut sering melakukan pemerasan. Sempat tidak diberi, toko sandal itu malah dibobol maling.

”Setelah kejadian itu, anak saya selalu diancam Andre. Kalau tidak dikasih uang, toko tempat anak saya bekerja itu akan diacak-acak,” bebernya.

Tidak hanya dimintai uang. Nurhuda juga sering dipaksa untuk membeli pil koplo yang dijual Andre. ”Keadaan itu sering dirasakan selama ia bekerja di sana,” tuturnya.

Suatu hari Nurhuda sempat dibegal. Saat itu ia membawa uang Rp 12 juta. Sebanyak Rp 9 juta uang toko, sisanya uang Nurhuda. Semua diambil. Saat kejadian itu, Nurhuda akan ke bank untuk menyetorkan uang toko.

Pemilik toko minta ganti rugi. Sulis langsung datang ke Probolinggo dengan membawa uang Rp 5 juta. Uang itu untuk menggantikan uang toko. ”Masih ada sisa Rp 4 juta lagi,” ucapnya.

Nurhuda tidak kuat dengan kondisi yang ada. Desember 2021, ia pun mengundurkan diri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: