Puncak Lonjakan Omicron Sudah Terlewati

Puncak Lonjakan Omicron Sudah Terlewati

GELOMBANG ketiga pandemi Covid-19 di Jawa Timur segera terlewati. Itu ditandai dengan laju kasus yang kian mengecil. Terhitung dari sepuluh hari pertama hingga hari ke-20 Februari.

Laju kasus sempat mencapai 7,97 persen pada 9 Februari. Kemudian naik lagi menjadi 9,94 persen. Bahkan mencapai 15,81 persen pada 20 Februari.

“Sejak tanggal 20 itu selisih laju kasusnya sudah turun. Hanya sekitar 0,19 persen. Artinya, kini sudah melewati puncak lonjakan kasus” ujar Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, kemarin (24/2). Hitungan itu bukan berdasarkan jumlah kasus harian. Tetapi pada rata-rata kasus bergerak setiap 7 hari. 

Dalam waktu dekat, jumlah kasus akan turun secara signifikan. Kini rata-rata kasus bergerak mencapai 6.693 kasus per hari. Sudah turun ketimbang sebelum tanggal 20 Februari. Yakni jumlah kasus masih mencapai lebih dari 7 ribu per hari.

Kondisi yang melandai itu tidak hanya terjadi di Jawa Timur. Tetapi juga di beberapa provinsi lain. Misalnya, Jawa Barat, DKI Jakarta, Bali, dan Banten. ”Mudah-mudahan bisa segera turun dengan tajam semua,” harap Windhu.

Saat ini, angka positivity rate nasional mencapai 17,7 persen. Angka positivity rate di sejumlah provinsi pun ikut turun. Terutama jika dibandingkan dengan minggu kedua Februari. DKI Jakarta, misalnya, dari 23,8 persen kini menjadi 18,5 persen.

Banten dari 27,4 persen kini menjadi 23,1 persen. Bali dari 18,2 persen turun menjadi 11,2 persen. Jawa Barat sempat 23,7 persen turun menjadi 22,8 persen. Jawa Tengah dari 27,6 persen menjadi 26,5 persen. Dan Jawa Timur 18 persen turun menjadi 17 persen.

Sementara itu, total kasus aktif di Jatim kini mencapai 5.665 pasien. Didominasi oleh pasien tanpa gejala dan bergejala ringan. Jumlahnya mencapai 3.533 pasien. Sedangkan yang bergejala sedang terdapat 1.894 pasien. Sisanya, 235 pasien bergejala berat.

“Yang butuh terapi oksigen sekitar 2,129 pasien,” kata Jubir Satgas Covid-19 Jatim dr Makhyan Jibril. Menurutnya, seluruh total kasus merupakan transmisi lokal. Hanya 1 pasien saja yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri.

Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) rumah sakit di Jatim masih memadai. BOR ICU Jatim masih 34 persen, BOR Isolasi 39 persen, BOR RS Darurat 13 persen, dan BOR isolasi terpusat 23 persen. Semuanya masih di bawah standar maksimal WHO.

Jibril membeberkan, wilayah di Jatim banyak yang masuk PPKM level 3. Ada sekitar 22 kabupaten/kota. Sedangkan yang masuk level 2 sebanyak 15 kabupaten/kota. Hanya Kota Madiun yang masuk level 4. Itu sesuai dengan Inmendagri Nomor 12 tahun 2022.

Lalu, bagaimana dengan Kota Surabaya? Menurut Inmendagri tersebut, Kota Surabaya memang masuk level 3. Namun, asesmen situasi Covid-19 Kementerian Kesehatan menunjukkan Kota Surabaya sudah memasuki level 4. 

Dalam asesmen itu, ada dua indikator yang mencapai level 4. Pertama, kasus konfirmasi yang mencapai 412,80. Artinya, ada sekitar 412,80 orang yang positif per 100 ribu penduduk setiap minggu. Kedua, indikator rawat inap rumah sakit. Menunjukkan 31,25 orang per 100 ribu penduduk yang dirawat di RS setiap minggu.

“Tapi, itu juga gak masalah. Yang penting rawat inap RS berhasil kita tekan,” jelas WIndhu. Apalagi puncak kasus di Surabaya juga sudah terjadi pada 19 Februari lalu. Begitu juga dengan rawat inapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: