Menjaga Ketersediaan Daging Sapi Jelang Ramadan
WHO memprediksi pandemi Covid-19 akan berakhir di pertengahan 2022. Jika prediksi itu benar, perlu ada upaya untuk pemulihan pascapandemi. Perlu ada strategi untuk mengurangi dampak dari situasi pandemi yang menghancurkan dan memastikan kelangsungan produksi daging dan rantai pasokan. Diharapkan, pemulihan itu dapat mengembalikan ketersediaan daging.
Perlu ada sinergi dan komunikasi antara pemerintah, peternak, pemasok bahan habis pakai, distributor pakan, dan profesional seperti dokter hewan dan pengolah daging untuk menemukan solusi guna mengamankan pasokan input, layanan peternakan, dan rantai pasokan daging.
Adanya kebijakan program terobosan sebagai solusi untuk akselerasi percepatan peningkatan populasi dan produksi sapi/kerbau di dalam negeri. Memperkuat kelembagaan peternakan melalui pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi dan pemanfaatan sumber daya lokal. Kebijakan untuk mendapatkan kemudahan akses transportasi terkontrol untuk pakan, hewan, obat-obatan, petugas, impor, dan ekspor hewan sehingga aliran input dan output normal yang berkesinambungan dari sistem produksi daging.
Perlu juga ada langkah-langkah untuk mengendalikan harga pangan dan daging di pasar. Itu bisa menguntungkan petani. Masyarakat luas pun dapat menjangkaunya.
Pihak peternak perlu meningkatkan kapasitas diri dengan melakukan mitigasi risiko melalui diversifikasi usaha dan melakukan digitalisasi penjualan. Penjualan produk peternakan dapat dilakukan secara langsung dari produsen ke konsumen akhir (end user). Penguraian rantai pasok produk peternakan diperlukan karena konsumen saat ini mengalami perubahan perilaku. Yaitu, membeli produk secara daring. (*)
*) Budi Utomo adalah guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: