Ipuk Fiestiandani-Sugirah Setelah Setahun Memimpin Banyuwangi
Menjadi penerus bupati yang penuh prestasi tentu beban tersendiri bagi Ipuk Fiestandani. Namun setahun kepemimpinannya di Banyuwangi telah mampu menghapus keraguan publik atas kapasitas istri Abdullah Azwar Anas itu.
---
SITUASI yang dialami oleh Ipuk Fiestandani tidak mudah. Bila dia berhasil, akan dikaitkan dengan suaminyi, Abdullah Azwar Anas, yang sukses menyulap Banyuwangi. Bila gagal, tentu dia yang akan disalahkan. Padahal, tantangan yang dihadapi Ipuk dan Anas jauh berbeda. Perempuan 48 tahun itu menjadi bupati Banyuwangi di saat pandemi Covid-19.
Apakah Anas masih mengintervensi pemerintahan di Banyuwangi? Pertanyaan itulah yang disampaikan Founder Harian Disway Dahlan Iskan saat mewawancarai Ipuk Fiestandani pada syuting podcast Energi Disway di Kunang-Kunang Tent Resort, Banyuwangi, 16 Maret lalu.
"Kalau sifatnya memberi masukan dan saran, tentu iya. Dan banyak pihak yang memberikan masukan dan saran kepada saya dalam memimpin pemerintahan di Banyuwangi," jawab Ipuk.
BUPATI Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Dahlan Iskan menikmati pemandangan dari restoran Kunang-Kunang Tent Resort. (Foto: Pemkab Banyuwangi)
Alumnus Universitas Negeri Jakarta itu menyadari bahwa dia dituntut untuk bisa menjaga fondasi yang dibangun Anas selama dua periode. Namun, yang dihadapi Ipuk saat pertama menjabat pada 26 Februari 2021 sangat pelik. Di masa Anas, Banyuwangi mendunia berkat event-event yang mengumpulkan banyak massa. Di masa pandemi, jelas itu tidak bisa dilakukan. Banyuwangi Festival yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan event tidak bisa terlaksana seperti biasanya.
"Kami tidak bisa lagi memobilisasi massa untuk meramaikan Banyuwangi Festival. Tapi kan ada teknologi yang bisa menggantikan itu semua tanpa mengurangi makna," kata Ipuk.
Salah satunya adalah event Gandrung Sewu. Ipuk memodifikasi kegiatan andalan Banyuwangi itu dengan mengubahnya menjadi Gandrung Sewu Nusantara, pada 19 Desember 2021. Intinya tetap acara menari gandrung secara massal. Tapi tidak dilakukan di satu tempat. Para penari gandrung adalah warga Banyuwangi yang tersebar di 20 kota. Bahkan ada yang di luar negeri yakni di Hong Kong.
Respons publik cukup baik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang membuka acara itu secara virtual juga memuji kreativitas Pemkab Banyuwangi tersebut. Banyuwangi Festival atau B-Fest tetap terlaksana di masa pandemi.
Tentu saat pandemi, kunjungan wisatawan tidak bisa sebanyak dulu. Tidak bisa mencapai 5 juta orang per tahun seperti sebelumnya. Pada 2021, kunjungan wisatawan turun separonya. Dan rebound pada liburan akhir tahun kemarin.
Begitu memimpin, Ipuk meluncurkan slogan Banyuwangi Rebound. Sebuah semangat agar Banyuwangi bisa bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19. "Ini meliputi tiga hal: tangani pandemi, pulihkan ekonomi, dan merajut harmoni," kata Ipuk.
Aksi Ipuk-Sugirah selama setahun terakhir cukup konkret. Angka kemiskinan di Banyuwangi selama pandemi hanya naik 0,1 persen. Dari 8,06 persen menjadi 8,07 persen. Itu merupakan peningkatan kemiskinan terendah di Jawa Timur.
Pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi juga masih positif pada 2021, yakni 4,08 persen. Lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata nasional yang mencapai 3,69 persen. Berbagai program dijalankan oleh Ipuk. (lihat grafis).
Pada pandemi, investasi yang masuk ke Banyuwangi tetap terjaga. Kunang-Kunang Tent Resort yang dipilih sebagai lokasi podcast menunjukkan hal itu. Itu adalah tempat hunian premium baru di Dusun Glondok, Desa Licin, Banyuwangi, yang digawangi tiga anak muda kreatif. Mereka pemilik Gravity Resorts yang memiliki sejumlah properti di Jepang, Thailand, China hingga Labuan Bajo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: