Mengapa CODA Terpilih Sebagai Film Terbaik The Oscars 2022

Mengapa CODA Terpilih Sebagai Film Terbaik The Oscars 2022

CODA dinobatkan sebagai Film Terbaik dalam perhelatan Academy Awards alias The Oscars 2022 kemarin pagi WIB. Ia secara mengejutkan mengalahkan The Power of the Dog, film jagoan Netflix yang telah memenangkan banyak awards sebelumnya. Kok bisa sih?

 

TEPUK TANGAN meriah menggema di ruangan megah Dolby Theatre, Hollywood, California, Minggu malam (kemarin WIB, Red). Tepatnya ketika pemenang Film Terbaik alias Best Picture Academy Awards 2022 diumumkan. Namun, itu hanya sesaat saja. Dalam sekejap, tepukan riuh berubah menjadi goyangan kedua tangan di depan dada para hadirin. Jazz hands. Tepuk tangan dalam bahasa isyarat. 

Tiga ribu undangan yang memenuhi venue Academy Awards 2022 melakukannya sebagai penghargaan tertinggi buat CODA. Film independen Apple TV+, yang secara mengejutkan, merebut trofi Film Terbaik. Mematahkan ekspektasi jutaan moviegoer. Yang menganggap bahwa The Power of the Dog paling berpeluang menang. 

PARA UNDANGAN, dari atas, Keith Urban, Nicole Kidman, dan JK Simmons memberi aplaus buat CODA dengan jazz hands. Atau tepuk tangan dalam bahasa isyarat. (Robyn Beck-AFP)

’’Terima kasih Academy, telah mengizinkan CODA kami mencetak sejarah malam ini,’’ kata produser Philippe Rousselet, mengawali pidato penerimaan.

Yang paling terkejut atas kemenangan itu adalah personel CODA sendiri. Sutradara Sian Heder menganga tak percaya. Ketika judul film besutan dia diucapkan oleh aktris lawas Liza Minelli. Waktu akhirnya para produser dan aktor memeluk dia, sineas 44 tahun itu meneteskan air mata.

CODA—yang merupakan singkatan dari child of the deaf adults atau anak dari orang tua tuli— jelas bukan film jelek. Sebaliknya, film ini bagus sekali. Plotnya sederhana. Tentang Ruby, anak perempuan yang lahir dari dua orang tua tuli. Kakak lelakinya juga tuli.

Sebagai satu-satunya anggota keluarga yang bisa mendengar, ayah ibu Ruby kerap mengandalkan dia dalam segala urusan. Termasuk berbisnis. Dilema muncul ketika Ruby berpeluang mendapatkan beasiswa sekolah musik di Boston. Padahal, bisnis keluarga dia sedang berkembang. Keluarga membutuhkan Ruby sebagai penerjemah. Padahal si gadis remaja manis itu kepingin kuliah.

Simpel, kan. Malah, bisa dibilang, klise. Namun, eksekusinya sangat menghangatkan hati. Dramanya lumayan. Humornya ditempatkan di saat-saat yang tepat. Dan yang paling jelas, akting para aktornya luar biasa. Troy Kotsur, Marlee Matlin, dan Daniel Durant memang asli tuli. Tapi itu tidak mengurangi nilai mereka saat membawakan peran tuna rungu.

Emilia Jones, pemeran Ruby, tak kalah keren. Dia tidak tuli. Namun, akting aktris 20 tahun itu sangat kuat dan meyakinkan. Melihat dia saling meledek dengan ayah dan kakaknya, dan bahkan menyumpah dalam bahasa isyarat, terasa hangat dan refreshing. Tidak ofensif, juga tak menimbulkan iba. CODA adalah tipe film yang benar-benar dapat dinikmati seluruh keluarga.

Masalahnya, film-film seperti ini jarang dilirik anggota Academy. Sejarah membuktikan, mereka lebih menyukai film yang membawa misi. Yang cenderung berat dan kesannya boring. Entah itu mengangkat kisah orang sakit, kaum minoritas (secara ras maupun orientasi seksual), atau tribute terhadap sinema.

Karena itu, The Power of the Dog lebih dijagokan. Karakternya lebih mendekati film favorit anggota Academy. Soal pergulatan panjang, homoseksual, serta unsur kekerasan. Apalagi, film ini sudah meraih trofi Film Terbaik di Golden Globes, Critics’ Choice Awards, dan BAFTA. Rasanya sulit membendung laju kemenangan film produksi Netflix tersebut. 

CODA, di sisi lain, memang film tentang disabilitas. Namun, nuansanya jauh dari eksploitasi terhadap kaum tuli. Sebaliknya, film ini menunjukkan bahwa kaum tuli bisa hidup normal dalam sebuah komunitas yang tidak tuli. Betul, mereka struggling. Tapi toh mereka bisa mengatasi tantangan utama dari kondisinya: yakni berkomunikasi.

So, sukses CODA merebut trofi Film Terbaik bukan semata kemenangan komunitas tuli. Tapi juga kemenangan a-feel-good movie. Film yang benar-benar menghibur. Tidak sekadar berat dan membingungkan penonton. ’’Terima kasih Academy, atas pengakuan kalian terhadap film tentang cinta dan keluarga, di masa berat seperti sekarang,’’ ucap produser Patrick Wachsberger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: