Pagelaran Jaranan Kemerdekaan, Warga Pakis Sidokumpul Arak 12 Tumpeng
Tumpeng raksasa diarak keliling kampung oleh peserta karnaval di RW 07 Pakis Sidokumpul, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, sebagai tanda syukur.--
Menyambut HUT ke-77 RI, Warga RW 7 Pakis Sidokumpul, Surabaya, menggelar pertunjukan seni tradisi. Diikuti oleh ratusan warga, diramaikan dengan pawai tumpeng, karnaval serta seni jaranan dari sanggar Sekar Bawono.
Matahari di atas kepala. Terik menyengat tapi tak mengurangi antusiasme warga Pakis Sidokumpul meramaikan festival budaya. Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan ke-77 RI.
Sebanyak 12 tumpeng berukuran besar diarak oleh empat orang. Diiringi oleh sekitar 400 warga, lengkap dengan karnaval dan marching band. “Tumpeng yang kami bawa berisi sajian-sajian khusus. Ada tumpeng berisi sayur-mayur. Satu lagi tumpeng berisi polo pendem dan tumpeng khusus nasi,” ujar Gunarto, Ketua RT 4, Pakis Sidokumpul.
Teguh Santoso seniman jaranan dari Sekar Bawono melakukan ritual doa sebelum menggelar kesenian di Pakis Sidokumpul. -BOY SLAMET/Harian Disway-
Dalam acara bertajuk Pagelaran Jaranan Kemerdekaan: Road to Gebyak Jaranan Sekar Bawono yang digagas RW 2, Pakis Sidokumpul, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, warga sangat antusias. Terutama saat tumpeng diarak.
Seorang warga, Joko Suyono, berperan sebagai buto ijo. Bertelanjang dada, mengenakan celana pendek dan sekujur tubuhnya berlumur cat hijau. “Awalnya saya pengen jadi setan kolor ijo. Tapi kalau kolor ijo, celananya yang dicat hijau. Tapi ini badan saya yang dicat hijau. Jadi Hulk deh,” ungkapnya.
Yang merasa paling apes adalah Eko Wahyudi, Ketua RT 2. Dari tahun ke tahun selalu kebagian peran menjadi banci berkebaya. “Saya ini ketua RT yang selalu jadi banci di setiap karnaval. Sejak tahun kemarin sampai sekarang jadi banci terus. Tapi kehendak warga seperti ini mau bagaimana lagi,” ungkapnya. Kemudian tertawa.
Warga RT 1 yang kebagian peran menjadi tuyul, Misgeiyanto. Dia berada di barisan paling depan bersama Joko yang berperan sebagai Hulk. “Saya jadi tuyul ini totalitas. Semalam saya pangkas rambut saya sampai habis,” ungkapnya.
Tokoh jenaka Punokawan yang dibawakan oleh ibu-ibu RT 01 RW 07 Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan membuat suasana makin menarik.
Selain itu terdapat pemeran-pemeran punakawan oleh para perempuan muda, warga Pakis Sidokumpul. Mereka berjalan beriringan dengan para warga yang sebagian besar mengenakan kebaya dan busana lurik khas Jawa. Di belakang mereka terdapat marching band dari SDN Pakis 5, yang memainkan lagu-lagu kemerdekaan.
Arak-arakan berlangsung dari sepanjang jalan RW 7. Memasuki kawasan RT 1-RT 4. Berputar-putar hingga 3 kali. Kemudian berkumpul di Balai RW Pakis Sidokumpul. Di situ tumpeng-tumpeng didoakan, kemudian disantap bersama-sama.
Para warga juga mendengarkan sambutan dari pihak kelurahan Pakis Sidokumpul, serta ketua RW 7, Suratno. “Pagelaran Jaranan ini sekaligus sebagai upaya melestarikan tradisi Sedekah Bumi. Tradisi yang telah lama kita adakan secara turun-temurun,” ungkap ketua RW.
Sedekah Bumi kali ini merupakan perayaan besar yang sebelumnya diadakan secara sederhana pada 16 Maret 2022 silam. "Kalau dulu kita adakan secara sederhana karena masih pandemi. Kali ini adalah momen besarnya,” tambahnya.
Peserta karnaval memperingati HUT Kemerdekaan RI di Pakis Sidokumpul mengenakan aneka kostum yang menarik seperti kolor ijo dan tuyul.
Pagelaran Jaranan Kemerdekaan: Road to Gebyak Jaranan Sekar Bawono merupakan bagian dari keinginan para budayawan dan aktivis, untuk menjadikan kawasan bekas prostitusi sebagai Kampung Berbudaya. Demi memenuhi tujuan tersebut, tak hanya kawasan Dolly dan Jarak saja. Namun kawasan Pakis juga ingin terlibat sebagai Kampung Berbudaya.
Kesenian tradisi di Kampung Pakis Sidokumpul cukup berkembang pesat. Tak lepas dari kontribusi penggiat jaranan, Aditya Kharisma, ketua kelompok Jaranan Sekar Bawono. “Kelompok kami telah eksis sejak 2019. Baru diresmikan dan mendapat nomor induk sebagai komunitas seni pada tahun 2022 ini,” ungkapnya.
Aditya asli Surabaya, berdarah Ponorogo. Ia mewarisi kesenian reog dan jaranan dari leluhur. Tinggal di Kampung Pakis, ia mengembangkan kesenian tersebut dan melibatkan banyak anak muda. Anggotanya dari warga sekitar berjumlah lebih dari 50 orang.
Dalam kesempatan itu, Sekar Bawono didapuk sebagai pengisi acara utama. “Kami menampilkan kesenian naranan. Tentang kisah antara Prabu Kelana Sewandana yang meminang Dewi Songgolangit,” ungkap pria 35 tahun itu.
Prabu Kelana Sewandana sebagai tokoh antagonis, ditampilkan dalam pertunjukan Jaranan yang memuat beberapa karakter kewan alas atau binatang penghuni hutan, sebagai pendamping tokoh tersebut.
Dalam sedekah bumi, pertunjukan jaranan dipentaskan sebagai sarana ritus yakni permohonan izin kepada leluhur dan penghuni gaib. Agar mendapat perlindungan, pengayoman, serta segala energi negatif dapat sirna.
Keterlibatan anak-anak muda sebagai pengisi acara tersebut, baik sebagai pengrawit atau pemain jaranan adalah bentuk keberhasilan Aditya dan warga Pakis Sidokumpul dalam nguri-uri budaya. “Tahapan yang kami lakukan pun sama seperti lazimnya pementasan Jaranan. Diawali dengan ujub sesaji,” terangnya.
Prosesi pertama tersebut dilakukan dengan menempatkan beragam sesaji di depan Balai RW. Kemudian beberapa orang sepuh duduk sembari bersidekap, kemudian mengangkat dupa. Bau kemenyan dan hio begitu terasa, memenuhi seluruh lingkungan ruang terbuka tersebut.
Para sinden menyanyikan lagu-lagu campursari, langgam-langgam Jawa. Beberapa pemain jaranan hadir di ruang terbuka tersebut. Mengenakan kostum dengan karakter masing-masing. Seperti karakter barong, celeng atau babi hutan, kucing, kera dan sebagainya.
Salah seorang pawang jaranan mengusap kening seorang pemain yang duduk di hadapannya. Tak lama, pemain tersebut trans atau kesurupan. Ia mengenakan pakaian barong dan berputar-putar mengelilingi ruang terbuka tersebut.
Pengendalinya pawang yang melesatkan pecutnya berkali-kali. Para pemain yang trans mengikuti arahan suara pecut, sehingga meski tak terarah, arah gerak mereka dapat diatur sedemikian rupa agar tetap berada dalam areal pertunjukan. “Setiap pemain yang mengikuti pentas jaranan, wajib berpuasa selama tiga hari. Baru kemudian diperbolehkan tampil,” ungkap Aditya.
Seniman jaranan Sekar Bawono yang mengenakan kostum Hanoman atau monyet putih ikut tampil memeriahkan Agustusan yang digelar warga Pakis Sidokumpul.
Pada akhir pementasan yang berlangsung dari pukul 2 siang hingga pukul setengah tiga sore, pawang memukulkan pecutnya ke tanah. Terdengar suara ledakan kecil. Ia berteriak: “Pancasila sakti! Sanggar Sekar Bawono!”
Momen tersebut sekaligus sebagai harapan bahwa dalam menyambut HUT ke-77 RI, masyarakat kembali melestarikan seni budaya tradisi sebagai warisan leluhur yang kini mulai terkikis. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: