Mengenal Amara Shafa: Finalis Putri Lingkungan Hidup Surabaya Lewat Kreasi Masker

Mengenal Amara Shafa: Finalis Putri Lingkungan Hidup Surabaya Lewat Kreasi Masker

Amara Shafa Kirana menunjukkan kreasi daur ulang masker medis di ruang tamu rumahnyi, 20 Agustus 2022.-Alfiyanto Indra Jayadi/Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Masker jadi salah satu limbah medis terbesar selama dua setengah tahun pandemi.  Jika tidak ditangani dengan baik, masker bisa jadi petaka lingkungan di seluruh dunia.

Gerbang masuk rumah putih di Mulyorejo dalam posisi terbuka dibuka. Seorang siswi dan ibundanyi duduk di teras rumah.  Di sekeliling mereka tertata puluhan karya hasil daur ulang yang terbuat dari kain perca dan masker medis yang dipajang di rak kayu. 


Hasil kreasi masker dan kain perca karya Amara Shafa Kirana.-Alfiyanto Indra Jayadi/Harian Disway-

“Silahkan masuk,” ujar Yani, sang ibu mempersilahkan kami masuk ke ruang tamu, Sabtu, 20 Agustus 2022. Teh manis dan makanan ringan disuguhkan sebelum pembicaraan dimulai. 

Pouch Dompet Eco Friendly Serbaguna dari Limbah Kain dan Masker, begitulah gagasan Amara Shafa Kirana, putrinyi. Dia memakai kerudung putih dengan selempang hijau dengan tulisan Finalis Putri Lingkungan Hidup 2022.

Perempuan cilik itu mengikuti kompetisi ketat yang diselenggarakan oleh LSM Tunas Hijau. Dia dinyatakan sebagai finalis bersama 24 siswa-siswi SMP Se-Surabaya. Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup, itulah ajang kompetisi itu. Dengan dinyatakan finalis, Amara berkewajiban untuk menciptakan inovasi yang bertajuk lingkungan hidup.

Masyarakat pengguna masker, khususnya masker medis sangatlah banyak di Indonesia. Kain yang telah tak terpakai nampaknya juga tak digunakan lagi oleh para penjahit. Terciptalah gagasan untuk membuat karya daur ulang dari masker dan kain perca.


Limbah masker yang sudah bebas virus setelah dikeringkan.-Alfiyanto Indra Jayadi/Harian Disway-

Umumnya masyarakat jarang mengolah limba medis, khususnya masker menjadi bahan untuk daur ulang.  “Kebetulan kain perca mencarinya mudah. Tinggal datengin beberapa penjahit nanti dikasihkan kainnya. Kalau masker biasanya mengambil dari produk cacat perusahaan sama mencari sendiri,” ucap siswi SMPN 17 itu.

Totebag, pouch bag, tempat pensil, dompet koin, dan tas jinjing adalah hasil karya daur ulang yang ia garap. Masing-masing memiliki bentuk dan rupa tersendiri.

Dengan dibantu oleh ibunda, gadis itu mengumpulkan masker dan kain-kain yang tak terpakai untuk dijadikan sebuah karya daur ulang. Setelah terkumpul, masker di direndam selama kurang lebih 15 menit dengan sabun dan desinfektan. Baru setelah itu dibilas dan dijemur.


Kain perca dan limbah masker medis disulap jadi karya bernilai ekonomis.-Alfiyanto Indra Jayadi/Harian Disway-

Berikutnya, ia serahkan kepada tim produksi yang beranggotakan ibu-ibu PKK sekitar Mulyorejo dan siswi lulusan SMK. “Proses penjahitan hanya memerlukan waktu sehari aja bisa langsung jadi, hanya totebag saja bisa dua hari” sambungnyi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: