Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (9); Sentimental Naik Tram ’Merah Putih’

Europe Trip Sekeluarga ke Empat Negara (9); Sentimental Naik Tram ’Merah Putih’

Kami berempat di depan St Stephen Chatedral yang megah yang menjadi simbol Austria. Dari luar, menaranya runcing. Atap gentengnya berwarna biru. Dengan mosaik yang indah.--

AUSTRIA, HARIAN DISWAY - Setelah menjelajah beberapa negara Eropa tengah, Wina menjadi pemberhentian terakhir Europe trip kami berempat. Di sinilah kami punya memori final kelana. Di mana lagi kalau tak di Vienna, Wien, Wina. Ragam penyebutan ibu kota Austria yang memang indah.

Dari Budapest, kami naik kereta selama dua jam menuju Wina. Tujuan kami ke apartemen sewaan di Jalan Schönbrunner. Kami memilihnya karena dekat stasiun metro. Kedua sangat dekat dengan objek wisata terpopuler. ”Biar besok dekat ke Schönbrunner Palace,” ujar suami merujuk lokasi jalan-jalan. 
Schönbrunner Palace. Istana ini dulu rumah musim panas penguasa Austria, yakni House of Habsburg. Salah satu wangsa yang menonjol di Eropa.

Esoknya setelah sarapan, kami naik tram. Turun stasiun, kami berjalan kaki ke istana penguasa Wina itu. Lumayan, agak jauh ternyata. Tapi worth it kok. Dari gerbang saja sudah terlihat megah. Ada dua menara dengan elang emas bertengger. Sayap sang elang terbuka seperti hendak terbang.

Istana Schönbrunner ini dulu rumah musim panas penguasa Austria, yakni House of Habsburg. Salah satu wangsa yang menonjol di Eropa. Saking luasnya, para turis di depan kami terlihat mengecil. Dari pintu gerbang banyak manusia mengantre membeli tiket masuk.

Melihat tangga di depan istana, anak-anak langsung berlari. Naik turun beberapa kali. Sebelum capek, kami ajak mereka mencari taman istana yang paling tersohor yaitu Taman Air Mancur Neptunus. Dari namanya, saya mengira bakal ada patung sang dewa air.
Di belakang kami itu, Taman Air Mancur Neptunus. Di atas air mancur, ada patung Neptunus bertahta. Ditemani para prajurit dan kuda.

Semula taman itu serasa dekat. Ternyata salah. Kami harus lewat pohon, bunga, kolam, pohon lagi, eh baru sampai. Pantas, luas kawasan istana tersebut sampai 160 hektar.

Seperti perkiraan saya, di atas air mancur, ada patung Neptunus bertahta. Ditemani para prajurit dan kuda. Dari kaki sang dewa, air mengalir. Menggenangi kolam besar. Suara airnya berdesis kencang.

Hari itu, 20 Juli 2022, Wina panas. Sampai 33 derajat Celcius lho. Maka mendekati kolam menjadi pilihan. Di area istana yang luas itu, paling enggak kami tidak berdesakan dengan pengunjung lain. Bahkan kereta kuda bisa lewat dengan leluasa. Yang ingin menyewa bisa menuju tempat parkirnya di halaman Schönbrunner Palace.

Tapi kami memilih terus berkelana. Sepanjang jalan menuju pintu keluar banyak pohon dan taman berbunga. Banyak toilet gratis dan keran air minum.

Saat dalam perjalanan pulang itu, kami bertemu sepasang suami istri dari Indonesia. ”Kami dari Yogyakarta, menengok anak kerja di sini,” kata Anas, demikian nama bapak itu.

Pak Anas dan istri juga tengah berkeliling Eropa seperti kami. Mereka bersepeda. Pilihan yang tepat karena transportasi publik di Uni Eropa ramah dengan para penggowes.

Bila Pak Anas mau melihat Taman Neptunus, kami menuju St Stephen Cathedral. Katedral megah yang menjadi simbol Austria. Dari luar, menaranya runcing. Atap gentengnya berwarna biru. Dengan mosaik yang indah.

Bangunannya terawat. Berusia seribu tahun, bangunan sejak abad 11 itu bertinggi 136 meter. 
Interior gereja yang sangat indah. Tampak orang sedang berdoa. 

Dari dalam saya mengagumi dengan keindahan kubah. Lampu lilin gantung menghiasi. Ratusan lilin kecil juga berjajar di sebelah bangku-bangku untuk berdoa. Di dekat mimbar, tampak lukisan, salib, dan patung-patung orang suci. 

Sumber: