Ketika Tiongkok Punya 4 Juta Unit Pengisi Daya Mobil Listrik

Ketika Tiongkok Punya 4 Juta Unit Pengisi Daya Mobil Listrik

Kumpulan mobil listrik Baojun E100.-BloombergQuint/Qilai Shen-

BEIJING, HARIAN DISWAY - Pasar kendaraan listrik Tiongkok menunjukkan perkembangan pesat dalam persaingan global. Tahun ini, jumlah penjualan mobil listrik di sana sudah melebihi penjualan gabungan dari seluruh negara di dunia.

Seperempat mobil yang beredar berjenis plug-in hybridSelain itu, dari daftar top 10 brand kendaraan listrik terlaris di dunia, setengahnya adalah merek Tiongkok. BYD memimpin merek lokal paling populer di sana.

Diperkirakan ada lebih dari 300 perusahaan Tiongkok yang memproduksi kendaraan listrik, mulai dari yang murah hingga model kelas atas yang menyaingi Tesla. 

Infrastuktur sangat mendukung. Ada empat juta unit pengisian daya. Jumlah ini dua kali lipat dari ketersediaan tahun lalu, dan diperkirakan akan terus ditambah di masa mendatang.

Coba bandingkan dengan Indonesia. Di Surabaya saja baru ada 3 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN. Dan Indonesia masih berkutat pada penggunaan kompor listrik.


Seorang pekerja membersihkan mobil listrik BYD e6, yang akan digunakan sebagai taksi.-Reuters-

Kebanyakan pasar mobil listrik di negara lain yang masih bergantung pada subsidi dan insentif keuangan dari pemerintah. Konsumen di Tiongkok lebih memperhatikan keunggulan dari kendaraan listrik dibandingkan kendaraan bertenaga BBM atau gas. 

Amerika Serikat saja tertinggal jauh dalam hal ini. Cuma 5 persen rakyat Amerika yang membeli mobil listrik dari total pembelian tahun ini. Angka itu sebenarnya membawa mereka melewati ambang batas rata-rata di pasar kendaraan listrik global. Namun,  Tiongkok sudah melewatinya pada 2018.

Di Amerika Serikat, membeli kendaraan listrik masih terbilang rumit. Konsumen harus menunggu untuk waktu yang cukup lama karena persediaan yang terbatas.

Dikutip dari New York Times, Tu Le, direktur pelaksana di Sino Auto yang berbasis di Beijing, mengatakan bahwa persaingan dan dinamisme lah yang menggerakkan pasar Tiongkok. Bukan subsidi pemerintah.

"Kami sudah pernah berada pada titik di mana kami bersaing dalam harga, dan sekarang kami bersaing dalam fitur. Jadi ini bukan lagi soal subsidi," kata Tu Le.

Tiongkok telah menetapkan target di mana pada 2025 nanti 20 persen dari penjualan mobil baru adalah mobil listrik. Mereka mungkin bisa mencapai target tersebut lebih cepat.

Keseriusan Tiongkok dalam mengembangkan kendaraan listrik sudah mulai terlihat ketika mereka menyambut baik rencana Tesla untuk membangun pabrik di Shanghai pada 2018. Langkah tersebut dinilai mampu mendorong pasar domestik untuk bersaing langsung dengan perusahaan mobil listrik terbesar di dunia itu.

Setelah tertatih-tatih akibat pandemi, Tesla kembali bangkit dan memproduksi lebih banyak kendaraan di pabrik mereka di Shanghai. Pabrik ini menghasilkan lebih banyak daripada pabrik-pabrik mereka di tempat lain.

Persaingan domestik di pasar Tiongkok menjadi sangat ketat. Perusahaan baru terus bermunculan dan memperberat persaingan perusahaan mobil listrik Tiongkok.

Akan tetapi, produsen-produsen mobil listrik Tiongkok juga tidak mau kalah. Mereka menghasilkan model-model baru dengan cepat. Merek-merek asing pun berlomba-lomba membuat terobosan untuk menyaingi pesaing Tiongkok.

Bulan lalu, Geely Automobile Holdings, salah satu pembuat mobil terkemuka di Tiongkok, dengan investasi di Volvo Cars dan Mercedes Benz, mengatakan pihaknya ingin menjual kendaraan listrik dan hybrid sebanyak mungkin tahun depan.

Zhang, seorang pensiunan, mengatakan ia memilih BYD karena dirinya menyukai merek besar. Ia juga mengaku mempertimbangkan beberapa kendaraan listrik asing, tapi fiturnya tidak sesuai dengan seleranya.

"Tidak ada apa-apa di dalamnya. Saya tidak terlalu suka desain seperti itu," kata Zhang. "Ini berbeda dari kebiasaan orang-orang Tiongkok," ujarnya. (Muhammad Rizal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: