Topan di Busan Menyatukan Relawan di Seluruh Dunia
Ratusan relawan dari berbagai penjuru dunia memungut sampah di Busan, Korea Selatan.-Ocean Conservancy Twitter-
BUSAN, HARIAN DISWAY - Korea Selatan porak poranda awal bulan ini. Badai Hinnamor dan Nanmadol datang menerjang. Bantuan pun datang dari seluruh dunia.
Momentum itu juga bertepatan dengan peringatan Pembersihan Pesisir Internasional atau International Coastal Cleanup (ICC). Sebanyak 100 relawan bahu-membahu membersihkan sampah akibat badai itu.
Mereka berkumpul di Busan yang penuh dengan tumpukan sampah. Mereka datang dengan sokongan kelompok nirlaba Ocean Conservancy. Organisasi yang berbasis di Amerika Serikat itu menjadi organisasi terbesar untuk pembersihan lingkungan laut. Korea Selatan gabung sejak 2001.
“Musim pembersihan Pesisir Internasional (ICC) diadakan tiap September. Hal itu menginspirasi kami untuk memutus rantai limbah plastik yang berceceran di pantai,” ucap Nicholas Mallos, selaku Wakil Presiden Ocean Conservancy.
Kegiatan itu lahir dari Konferensi Sampah Laut Internasional ke-7 atau 7th International Marine Debris Conference (7IMDC).
Kegiatan mereka tak hanya memungut sampah. Mereka juga mendata semuanya untuk kebijakan di event selanjutnya. Ada 17,5 juta sukarelawan yang bergabung. mampu memungut 15,7 juta kilogram limbah plastik dari garis pantai di seluruh dunia.
Dua relawan membawa ember di Busan sambil mengumpulkan sampah akibat badai awal September.-Ocean Conservancy Twitter-
“Data yang sudah kita kumpulkan selama pembersihan. Akan kita jadikan acuan bagi penelitian Ocean Conservancy di kemudian hari. Selain itu, akan disampaikan kepada seluruh dunia agar sampah plastik di laut dapat dikurangi,” katanya
Musim ini, ada lebih dari 3.700 acara pembersihan di 35 negara di seluruh dunia. Ini akan terus diadakan di seluruh dunia hingga musim gugur.
Menurut Mallos, memungut sampah dan mengumpulkannya bukan hal yang efektif dilakukan. Akar dari masalah adalah memutus rantai dari hulu. Produksi plastik berlebih dan kurangnya wawasan manusia bisa memperparah keadaan.
“Selain pembersihan, kita perlu menyumbat produsen dan pengecer plastik sekali pakai. Kami butuh pemerintah untuk menyampaikan hal itu,” lanjut Nicholas. (Mochammad Rafly Akbar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: