Disway Enhancement Workshop, Dongkrak Spirit Staf Kehumasan

Disway Enhancement Workshop, Dongkrak Spirit Staf Kehumasan

DISKUSI peserta Disway Enhancement Workshop dengan Dahlan Iskan (kanan) dan Deputi Direksi Wilayah Jawa Timur I Made Puja Yasa.-Boy Slamet-Harian Disway-

Namanya: Disway Enhancement Workshop. Inilah program Harian Disway untuk instansi-instansi yang ingin berdiskusi tentang media, kehumasan, atau jurnalistik. Peserta pertama, Selasa 27 September 2022, adalah staf hubungan masyarakat berbagai cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan se-Jatim.

 

ACARANYA cukup panjang. Mulai pukul 09.00 hingga 15.00. Tetapi, lokakarya yang dihelat di ruang tengah ruang redaksi Harian Disway itu berlangsung cukup menyenangkan. Gayeng. Terlebih, founder Harian Disway Dahlan Iskan menjadi pembicara pertama.

 

Dahlan langsung membuka wawasan 14 peserta yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mantan Dirut PLN itu mengingatkan bahwa kita sekarang hidup pada zaman yang gila. ’’Sekarang ini, fakta kalah dengan persepsi. Kalah dengan apa? Ayo bersama, 1, 2, 3…” ujar Dahlan.

 

Peserta pun langsung menyambut dengan kor serentak: Persepsiii…

 

Lokakarya itu memang bertema Seni Mengolah Media dan Media Massa. Cukup penting, terutama bagi para staf humas BPJS itu. Sebab, sebagai instansi yang bergerak di bidang layanan publik, mereka kerap berhadapan dengan persepsi masyarakat. Yang bisa jadi tidak sepenuhnya benar.

 

’’Tetapi, yang pertama harus dilakukan adalah menerima kenyataan itu. Bahwa ini memang zaman gila,’’ katanya.

 

Dahlan pun mengajak peserta untuk melakukan teknik problem solving. Penyelesaian masalah. Yang pertama adalah menginventarisasi problem yang muncul dari persepsi masyarakat.

 

Hasil inventarisasi itu lantas didiskusikan oleh para peserta yang dibagi menjadi enam kelompok. Mereka harus menyusun skala prioritas tentang persepsi tersebut. Mana yang memang menjadi problem menurut peserta.

 

Dan hasilnya klop. Para peserta sepakat bahwa problem dipandang penting adalah persepsi tentang rumitnya pelayanan BPJS, perasaan terdiskriminasi peserta BPJS.

 

’’Ini artinya Anda satu hati. Saya senang sekali melihat tim yang bisa satu hati. Ini modal besar bagi sebuah perusahaan,’’ ujar Dahlan.

 

Deputi Direksi Wilayah Jawa Timur I Made Puja Yasa yang mengikuti sesi bersama Dahlan Iskan itu pun cukup girang. "Kita hari ini bertemu dengan sosok yang brilian, cerdas mengatur emosi, dan menyelesaikan masalah," ujarnya.

 

Sesi kedua diisi oleh Doan Widhiandono, wakil pemimpin redaksi Harian Disway. Doan membawakan materi tentang berita yang bercerita. Ia juga mengutip Plato, filsuf Yunani kuno, bahwa orang yang menguasai teknik penceritaan akan menguasai dunia. ’’Cerita yang baik akan membuat pembaca merasa terlibat di dalamnya. Akan tersentuh emosinya,’’ kata Doan yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 tersebut.

 

Karena itu, ia mendorong peserta untuk bisa membuat berita dengan teknik penceritaan yang baik. ’’Terutama berita-berita kisah. Atau berita feature,’’ ujarnya.

MATERI TEKNIK BERCERITA yang dibawakan oleh Doan Widhiandono, wapemred Harian Disway.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Di sesi ketika ada Retna Christa, editor Harian Disway. Nana, sapaannya, menyampaikan kepada para peserta tentang cara menciptakan berita corporate yang baik. Agar sampai ke masyarakat dan tidak terkesan ngiklan. Termasuk bagaimana menulis press release yang merupakan tugas seorang PR.

 

"Tidak selamanya jurnalis itu bertolak belakang dengan public relation. Kadang public relation juga melakukan apa yang dilakukan jurnalis," kata Nana.

 

Dalam sesi itu, ada peserta yang menanyakan cara membangun kedekatan antara humas dengan jurnalis.

 

Nana pun menjawab dengan singkat, "Gampang. Bisa dengan ngumpul atau ngopi bareng."


Retna Christa (dua dari kanan) membawakan materi kehumasan.-Chyntia Dara Fitriani-Harian Disway-

 

Pelatihan sore itu dipungkasi oleh Boy Slamet, fotografer senior Harian Disway. "Foto jurnalistik harus mencakup unsur-unsur dan karakteristik berita. Foto harus bisa menerjemahkan maksud fotografer," kata Boy.

 

Ia juga membagikan tip memotret. Di antaranya, memilih waktu yang pas, memilih peralatan yang sesuai, mengurangi penggunaan zoom kamera dengan lebih mendekat pada objek, serta memilih penempatan objek.

 

Arief Rian Prihandoko, analis komunikasi publik dan internal BPJS Kesehatan Jawa Timur, sangat menikmati acara itu. "Acara ini sangat baik bagi BPJS, terutama di era sekarang ini kami perlu tahu cara menyampaikan informasi kepada masyarakat," katanya.

 

"Kami mengajukan permohonan acara ini untuk meningkatkan kualitas staff kami," tambahnya.

 

"Materi yang disampaikan di acara ini sangat membantu kami para humas dalam menghadapi media dan meningkatkan citra organisasi," ungkap Chikka Adistya, staff komunikasi publik dan hukum di kantor cabang Kediri.


Boy Slamet (kanan) mengajak peserta berdiskusi tentang teknik fotografi.-Chyntia Dara Fitriani-Harian Disway-

 

Disway Enhancement Worksop adalah program teranyar Harian Disway. ’’Kami senang diajak berdiskusi, berlatih bersama, untuk bisa meningkatkan performa sebuah instansi. Terutama di bidang media, komunikasi, dan kehumasan,’’ kata Dirut Harian Disway Tomy C. Gutomo. Ia pun membuka diri jika ada perusahaan atau instansi yang ingin mengikutkan stafnya untuk menjalani pelatihan bersama Harian Disway. (Muhammad Rizal)

 

Sumber: