Globalisasi Tidak (Akan) Pernah Berakhir

Globalisasi Tidak (Akan) Pernah Berakhir

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Sebagai seorang jurnalis dan kolumnis, Friedman tidak boleh selalu optimistis dalam melihat masa depan. Sebab, itu adalah sebuah utopia (khayalan). Di era teknologi digital, khayalan untuk selalu melihat segala sesuatunya akan baik di depan disebut techno utopia. Dunia akan selalu dinamis, naik dan turun, tetapi bukan berarti globalisasi akan mati.

Penulis sepenuhnya sependapat dengan Thomas Friedman bahwa globalisasi tidak akan berakhir. Globalisasi sudah memasuki fase point of no return (titik yang tidak bisa kembali ke awal). 

Namun, yang harus disiapkan oleh para pemimpin dunia, para CEO dari perusahaan-perusahaan multinasional, dan para individu yang super berdaya karena teknologi komunikasi digital adalah bagaimana agar globalisasi bisa membawa dampak pada perdamaian dunia, berkurangnya kesenjangan antarnegara dan kawasan, memperkuat demokrasi dan demokratisasi, serta mampu menciptakan tata dunia baru yang lebih baik.

Indonesia, baik sebagai sebuah negara, perusahaan, maupun individu di masyarakat, harus memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk mampu memainkan peran yang lebih besar di tingkat global. Diplomasi dengan pendekatan soft power harus menjadi prioritas dan pemerintah perlu menyiapkan peta jalan bagaimana masyarakat Indonesia bisa lebih banyak berkiprah di tingkat global dan pada akhirnya membawa manfaat bagi kepentingan nasional. 

Belajar dari sukses Korea Selatan dengan K-pop dan drama Korea mereka yang bisa menjadi tontonan utama pada sebagian rumah tangga di negara kita, pada akhirnya membawa dampak ekonomi juga bagi Korea Selatan. Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar dalam globalisasi dan era teknologi komunikasi digital, tetapi harus mampu menjadi aktor dalam berbagai bentuk diplomasi dengan pendekatan soft power.

Kita menikmati musik Korea, drama Turki, atau film India di dalam rumah kita itu adalah globalisasi dalam wajah yang baru. Globalisasi saat ini menawarkan equal opportunity bagi setiap negara, perusahaan, maupun para  individu untuk bisa berperan lebih besar di tingkat global. 

Itulah globalisasi, masih dan akan terus hadir, dengan wajahnya yang tidak selalu sempurna. Tetapi, globalisasi tidak akan pernah mati dan tata dunia terus mencari ekuilibrium (keseimbangan) baru yang lebih baik dan lebih beradab bagi kehidupan masyarakat di setiap penjuru dunia. (*)

 

*) Mahasiswa Paramadina Graduate School of Diplomacy

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: