Wisata Dolly, Malam Jumat di Gang Dolly (7); Terganggu, Masjid At Taubah Dilempari
Gang menuju Masjid At Taubah. Masjid yang memiliki dinding keramik berwarna hijau. Beberapa orang memanfaatkannya sebagai tempat mengaji. --
Bahkan hingga hari mulai terang, kawasan Dolly masih hidup. Beberapa hidung belang masih bersenang-senang dengan PSK-nya di dalam rumah-rumah bordil tersebut.
Sehingga tak jarang ketika azan Subuh berkumandang, lagi-lagi berebut dengan suara desahan. ”Yang saya masih ingat, di sini azan Subuh, di depannya terdengar suara kriet, kriet, kriet. Suara ranjang atau entah apa. Kemudian suara mendesah. Benar-benar tak bisa dinalar,” ungkapnya.
Berada di dalam dan di luar masjid, seperti berada di batas wilayah surga dan neraka. Namun warga setempat yang tak terpengaruh dengan bisnis prostitusi, tetap menjalankan ibadahnya dengan khusyuk. Meski beberapa kali, bahkan sangat sering, terjadi gangguan.
Baik pengelola rumah bordil, mucikari, maupun pelanggan, tak sedikit yang merasa risih dengan keberadaan masjid itu. Apalagi soal bunyi azan. Mereka merasa terganggu. Terutama ketika asyik berdua-duaan dengan para PSK. Tak jarang mereka datang ke sekitar masjid, kemudian melemparinya dengan batu.
Misuh, hinaan, kata-kata kotor sering diteriakkan pada jamaah masjid yang sedang salat. Namun pengurus masjid dan mereka semua tak pernah menghiraukan. Di satu sisi, para aktivis Islam tetap berusaha, berjuang memberi penyadaran, meski dilakukan secara diam-diam.
”Jadi dapat dibayangkan bagaimana perjuangan syiar Islam di kawasan ini. Bahkan syiar Islam masih dilakukan di tempat yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Kurang aneh apa, coba?,” ungkap pria 42 tahun itu.
Peserta wisata Malam Jumat di Gang Dolly yang asyik berkeliling sambil bercerita tentang wisma-wisma yang punya cerita masing-masing termasuk tertarik meninjau Masjid At Taubah yang punya kenangan tersendiri saat Dolly aktif. -JULIAN ROMADHON/Harian Disway-
Tentu hal itu dilakukan karena masyarakat yang peduli, menilai bahwa tak ada yang bisa dilakukan untuk menyudahi kegiatan prostitusi. Selain dengan memberikan wawasan agama. Sebab pemerintah dan pihak berwenang saat itu hampir tak peduli.
Kini dengan wajah Dolly yang telah berubah, pihak Pokdarwis dari tiga daerah: Jarak, Putat Jaya dan Kupang Gunung Timur berinisiatif mengadakan tour Malam Jumat di Gang Dolly.
Kegiatan tersebut secara rutin dilakukan tiap Kamis malam. Sekaligus untuk menampik kabar bahwa prostitusi di daerah itu bersemi kembali. ”Buktinya bisa lihat sendiri, kan? Tak ada lagi yang namanya pelacuran di sini,” ungkap Jarwo.
Berkat ditutupnya Dolly, masyarakat kini lebih bisa menata diri. Moral dan spiritual pun lebih terkontrol. Selain didukung keberadaan Masjid At Taubah, masih ada makam Mbah Kapiludin. (Guruh Dimas Nugraha)
Mbah Kapiludin, penyebar agama Islam di kawasan Dolly, baca selanjutnya...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: