Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Ibu Amini Sudah Meninggal (56)
MAKAM AMINI dikunjungi Meilany yang datang dari Belanda, 21 Agustus 2022. Amini meninggal 20 Agustus 2017, empat bulan setelah ditemukan tim Mijn Roots.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-
Meilany akhirnya tiba di rumah Amini, nama ibu yang tertera di dokumen adopsinyi. Sayang, Amini tak mungkin ditemui.
–
Sudah ada tiga orang yang menyambut kami di rumah bercat putih itu. Seorang pria dengan dua anaknya.
Cat dan wallpaper ruang tamu itu serba-pink. Rupanya ruang tamu itu juga digunakan untuk usaha salon.
Tak ada meja kursi. Kami pun duduk beralas tikar anyaman. Banyak produk kecantikan yang dipajang di etalase kaca. Karena ada tamu dari Belanda, salonnya ditutup sementara.
Senyum ramah Meilany mengembang begitu masuk ke rumah itu. Ia duduk di pojok di sebelah Repta Octarea Venaz dan teman dari Belanda: Ilse
Mereka duduk berhadapan dengan pihak tuan rumah. Mata Meilany yang sayu memandangi orang-orang itu dengan tatapan yang sangat dalam.
Rasa penasarannyi terbayar. Yang duduk di hadapannyi adalah suami dan dua anak Amini.
Pria lanjut usia itu bernama Atemon. Ia duduk bersila di dekat pintu masuk. Kancing kemeja kotak-kotaknya dibuka dua. Pakai sarung hitam.
SUAMI AMINI, Atemon (kanan) tertunduk lesu ketika menerima kedatangan Meilany dari Belanda.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-
Ia menceritakan bahwa Amini, istrinya, sudah meninggal lima tahun lalu di usia 59 tahun. Rupanya, Meilany sudah tahu kabar itu dari Mijn Roots.
Di tahun 2017, Meilany dibantu Mijn Roots mengutus orang untuk mencari Amini. Namun, siapa sangka, empat bulan setelah ditemukan, Amini meninggal.
Kata anak laki-lakinya, ”Mungkin ibuk itu jadi kepikiran sama Meilany sejak ada orang yang datang ke sini. Akhirnya, dia jadi sakit-sakitan dan akhirnya meninggal,” ujarnya, lalu diterjemahkan Repta ke bahasa Inggris.
Mendengar itu, Meilany jadi lebih emosional. Kepalanyi menunduk. Terlihat raut wajah kesedihan yang begitu dalam.
Amini sebenarnya bukan ibu kandungnyi. Hasil tes DNA mereka tidak cocok. Kendati begitu, dia sebenarnya sangat ingin bertemu dengan Amini.
Dalam pertemuan itu, Atemon terlihat sedikit gugup dan banyak menunduk.
Beberapa kali Meilany menanyakan kronologi adopsi ke Atemon. Repta memandangnyi dengan fokus untuk diterjemahkan.
Sayang, jawaban Atemon saja rancu. Beberapa kali poin pertanyaan yang diucapkan Meilany tidak terjawab dengan detail.
PERTEMUAN PERDANA Meilany dengan Atemon, suami Amini di Kabupaten Pasuruan.--
Sepertinya, ia tak paham situasi kala itu. Kejadiannya hampir 40 tahun lalu.
Atemon akhirnya mengatakan bahwa dirinya tidak begitu paham dengan proses adopsi Meilany. ”Dulu saya merantau ke luar kota,” kata Atemon dengan lirih.
Yang ia tahu, istrinya sempat ke Jakarta. Ceritanya loncat-loncat. Ia tak menceritakan apa yang ia kerjakan saat merantau. Alasan Amini ke Jakarta juga tidak dijabarkan.
Bisa jadi saat ke Jakarta ia berurusan dengan Yayasan Bina Sejahtera yang sempat menjadi tempat tinggal sementara Meilany sebelum diadopsi ke Belanda.
Repta menggali informasi dari anak Atemon. Ia ternyata lebih tidak tahu. ”Saya masih kecil saat itu. Ibuk enggak pernah cerita,” ujarnya.
Anak perempuan Atemon nyeletuk. Katanyi, sang ibu sering menceritakan sosok Meilany. ”Ibu itu seneng banget pas tahu kalau Meilany masih hidup, sering nangis kalau ingat sama Meilany,” ujarnyi.
Saat Meilany masih bayi, ibunyi memang sempat merawatnyi. Dia merawat Meilany sebagai anak angkat.
Sebelum meninggal, sebenarnya Amini sudah pernah berkomunikasi dengan Meilany. Mereka pernah melakukan video call. Mereka sudah melihat wajah satu sama lain meski secara virtual.
Kali ini Meilany sudah menginjakkan kaki di rumah Amini. Sayang, Tuhan belum mengizinkan mereka untuk bertemu secara langsung dan memeluk raga satu sama lain.
Jika Amini cuma ibu angkat, lantas siapa orang tua kandung Meilany?
(Lady Khairunnisa-Salman Muhiddin)
Kisah Penyesalan Ibu Amini. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: