Sentilan Agus Noor Jelang 2024

Sentilan Agus Noor Jelang 2024

--

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Tahun politik masih lama. Namun sastrawan Agus Noor menyambutnya dengan menggelar sebuah pertunjukan teater. Dengan cara itu, Agus membuat refleksi.

Berjudul Orang-orang Berbahaya, pertunjukan teater yang diproduksi Kayan Production itu ditulis dan disutradarai sendiri oleh Agus. Digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Kamis dan Jumat, 17-18 November 2022, lakon berisi tentang refleksi kebobrokan penguasa menjelang tahun politik 2024.

Agus, mengungkapkan bahwa lakon itu memang khusus dipersiapkannya untuk menghadapi tahun politik yang mulai terasa saat ini. Ia pun berharap penonton dapat menjadi refleksi bagi publik untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi tahun ’berbahaya’ ini.

”Kita mencoba merefleksikan untuk lebih waspada dalam menghadapi tahun politik. Sebenarnya itu spirit dasar naskah cerita. Di mana kadang dalam politik itu kan ada rekayasa, intrik, dan memanfaatkan situasi untuk kepentingan kekuasan,” katanya.

Turut tampil dalam pertunjukan ini Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Inaya Wahid, Susilo Nugroho, Yu Ningsih, dan sejumlah pemain lainnya. 

Dikisahkan, ada dua orang detektif yang ingin memecahkan teka-teki dengan menyamar jadi pasien di sebuah rumah sakit jiwa (RSJ). Misi mereka adalah membongkar kejahatan terselubung penguasa di masa lalu, yang kekuasaannya masih ada meski sudah pensiun. 

Penyelidikan dua detektif yang diperankan secara epik oleh Cak Lontong dan Akbar ini berusaha memecahkan teka-teki pandemi kegilaan yang menjangkiti banyak orang. Kegilaan ini pun membuat banyak orang dimasukkan ke rumah sakit untuk karantina.

Sebagai detektif, Cak Lontong dan Akbar pun menyamar hingga dapat menjabat sebagai pegawai dari Rumah Sakit itu. Saat berada di dalam, mereka pun mendapati banyak pejabat-pejabat tinggi di masa lalu. Dari mulai hakim hingga pensiunan polisi.

Meskipun bercerita hal serius, namun saat pertunjukan, Cak Lontong dan Akbar bisa melawak dengan tanpa henti selama kurang lebih tiga jam. Penonton pun dibuat tertawa terpingkal-pingkal dengan peran yang ia mainkan.

Pendiri Indonesia Kita yang turut bermain, Butet, mengungkapkan bahwa pertunjukan Indonesia Kita ke-38 itu menyajikan cerita yang berbeda. Tahun ini, Indonesia dihadapkan dengan kasus-kasus kejahatan yang luar biasa dan seolah-olah fiktif. ”Seakan-akan itu terjadi hanya di cerita-cerita novel. Meski sudah tiba di pengadilan sekali pun, ada kasus-kasus yang  sampai sekarang  masih membuat masyarakat bertanya-tanya tentang motif dan hal-hal lainnya,” ujar Butet.

Padahal kasus-kasus kejahatan ini, menurut Butet sudah ada dari zaman dulu. Hanya saja banyak kekuatan-kekuatan  yang  menjadikan kasus-kasus ini tetap misteri. ”Saya senang sekali kita ada dalam rezim yang memberikan masyarakat kesempatan untuk kembali berani dan kritis untuk menyoroti dan berpendapat pada kasus-kasus kejahatan  yang terjadi saat ini,” ujarnya.

Selain diramaikan sejumlah figur ternama, pertunjukan diramaikan musisi Sri Krishna dan Bonita. Juga diiringi tari-tarian yang dikoreograferi oleh Josh Marcy dan tata musik aransemen Arie Pekar, serta Jakarta Street Music. Pentas makin artistik karena melibatkan pelukis Nasirun yang beberapa karyanya diubah dalam bentuk digital sebagai latar belakang panggung. (het)

Sumber: