Cheng Yu Pilihan Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid: Bu Chi Xia Wen

KENDATI mengantongi banyak sekali prestasi, Achyar Al Rasyid tidak mau tinggi hati. Ia ingin selalu merasa bodoh, sehingga terus timbul kemauan untuk belajar –apapun, kapanpun, dan kepada siapapun. Sebab, "Ia yang bertanya adalah bodoh selama satu menit, sementara ia yang tidak bertanya adalah bodoh selamanya," jawab koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia tersebut, ketika ditanya moto hidupnya.

Achyar yang juga kandidat doktor urban planning di Tianjin University, Tiongkok, agaknya tengah mengejewantahkan wejangan filsuf agung Konfusius. Dalam bab 5 kitab Lunyu (论语), mahaguru filsafat konfusianisme itu menyarankan kita untuk "不耻下问" (bù chǐ xià wèn): jangan pernah malu bertanya pada yang status sosial atau pengetahuannya lebih rendah dibanding kita.

Pasalnya, ditegaskan dalam kitab Shangshu (尚书) yang dikompilasi Konfusius, "Kalau engkau tidak menganggap dirimu hebat, tak akan ada orang yang menentangmu untuk beradu kemampuan atau kesuksesan dengan dirimu" (汝惟不矜，天下莫与汝争能；汝惟不伐，天下莫与汝争功 rǔ wéi bù jīn, tiān xià mò yǔ rǔ zhēng néng; rǔ wéi bù fá, tiān xià mò yǔ rǔ zhēng gōng).

Makanya, dalam bab 2 Tao Te Ching (道德经), Lao Tzu, fouder Taoisme, mengajarkan kita untuk tidak mengharap pengakuan dari pihak manapun –termasuk dari diri kita sendiri– walaupun beragam pencapaian atau bahkan sumbangsih telah kita persembahkan. Alasannya sederhana, "Karena [dengan] tidak menuntut apa-apa, maka tidak akan kehilangan apa-apa" (夫唯弗居，是以不去 fú wéi fú jū, shì yǐ bù qù).

Sebaliknya, kata Sang Buddha dalam Snp 1.6 Parābhava Sutta, "Jika seseorang, sombong atas kelahirannya, kekayaannya, dan sukunya, merendahkan saudara-saudaranya — inilah penyebab keruntuhan."

Intinya, sebagaimana dituliskan kitab Shangshu lagi, "满招损, 谦受益" (mǎn zhāo sǔn, qiān shòu yì): angkuh merugikan, tawaduk menguntungkan. Achyar tentu paham betul kredo demikian. (*)

 

Sumber: