Mengenang Mendiang Paus Emeritus Benediktus XVI, Polemik Kondom dan Dua Jubah Putih
PERJUMPAAN Paus Benediktus XVI dengan Romo Markus Solo Kewuta SVD (tengah) pada 2013. Ketika itu Romo Markus membawa Romo Yosep Bukubala Kewuta (kiri) bertemu Paus asal Jerman itu di Castel Gandolfo, istana liburan musim panas Paus.-Markus Solo Kewuta for Harian Disway-
VATIKAN, HARIAN DISWAY - Mundurnya Paus Benediktus XVI sebagai pemimpin Takhta Suci pada 2013 begitu mengejutkan. Itu kali pertama ada ’’dua Paus’’ di Vatikan. Tetapi, kejutan kejutan memang ada di sepanjang kepemimpinan Paus bernama asli Joseph Ratzinger tersebut.
Paus Benediktus XVI seketika membuat dunia terkejut saat ia berkomentar soal kondom. Itu terjadi saat Paus asal Jerman itu diwawancarai jurnalis Jerman, Peter Seewald, pada 2010. Paus berkata bahwa penggunaan kondom bisa diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu.
’’Gereja tentu tidak memandang kontrasepsi sebagai solusi moral yang nyata. Tetapi, dalam banyak kasus, penggunaannya bisa mengurangi risiko infeksi. Ini adalah langkah pertama menuju sebuah jalan humanis kehidupan seksual,’’ ucap Paus Benediktus XVI kala itu.
Tentu saja, jawaban tersebut mengejutkan. Sebab, Gereja Katolik sudah lama dikenal menentang kontrasepsi. Penggunaan alat pengatur kehamilan dipandang sebagai hal yang mencederai kehidupan. Umat Katolik pun selalu diimbau untuk menggunakan sistem Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dengan memperhitungkan masa subur.
Sebagai teolog dan akademisi, Paus Benediktus memang tidak mau main-main dalam hal keimanan. Itu diakui Romo Maskus Solo Kewuta SVD, pastor Katolik yang berdinas di Takhta Suci Vatikan. Romo asal Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, itu menjabat di Diskaterium untuk Hubungan Antarumat Beragama. Dulu, diskaterium tersebut dinamai Komisi Kepausan.
’’Legacy (warisan, Red) Paus Benediktus XVI yang sangat besar adalah komitmen beliau yang sangat besar pada ajaran-ajaran agama Katolik. Ini menyangkut ajaran yang kita pegang di dalam hidup sebagai umat Katolik. Fondasi karya apstoliknya adalah dua dasar kaki gereja. Yakni, kasih dan kebenaran,’’ kata Romo Markus ketika berbicara lewat telepon kepada Harian Disway.
Warisan yang lain adalah sikap Benediktus XVI sebagai cendekian yang luar biasa, humble, baik hati, dan kecenderungan untuk mendengarkan lantas memahami. ’’Sebagai human, beliau sederhana dan rendah hati,’’ ucap pastor yang di Italia disapa sebagai Padre Marco tersebut.
Dengan sikap itu, walaupun memegang kuat dogma agama Katolik, Paus Benediktus XVI bukan tipe orang yang reaktif.
’’Beliau bukan tipe orang temperamental yang selalu ingin mengoreksi orang. Beliau bukan hanya ahli dogma, tetapi sosok yang menginginkan gereja tetap berjalan pada arahnya,’’ ujar pastor kelahiran 4 Agustus 1968 tersebut.
Paus Benediktus XVI juga membuat kejutan pada dunia dengan mengundurkan diri pada 2013. Lalu digantikan oleh Kardinal Jose Mario Bergoglio yang kini bernama Paus Fransiskus.
Sempat terjadi pandangan bahwa Gereja Katolik memiliki dua Paus. Terlebih, meski meletakkan jabatan, Benediktus XVI masih tinggal di Vatikan. Ia menetap di biara suster-suster Ordo Bunda Gereja. Di situlah ia tinggal bersama para stafnya sampai akhirnya meninggal.
Kedudukan Paus Benediktus XVI sendiri sudah ditegaskan oleh Paus Fransiskus. Bahwa Gereja Katolik hanya punya satu Paus sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara Vatikan.
Ketika mundur, Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa ia akan membaktikan diri untuk gereja dengan membaca dan berdoa. ’’Beliau tidak pernah melakukan sesuatu yang mengganggu Paus Fransiskus yang resmi sedang bertugas,’’ ujar Romo Markus. Tetapi, harus diakui bahwa hubungan Paus Fransiskus dan pendahulunya begitu dekat. Sesekali saling berkunjung. Toh, tempat tinggal keduanya hanya berjarak tak sampai 300 meter. Sama-sama di dalam kompleks Vatikan.
Romo Markus juga menyaksikan suasana Vatikan yang penuh nuansa duka. ’’Kemarin malam (31 Desember 2022, Red), hening. Sekuriti sangat ketat,’’ ucapnya.
Jenazah Paus Benediktus XVI pun masih ada di tempat tinggalnya. Besok, 2 Januari 2023 baru akan diletakkan di Basilika Santo Petrus. Setelah itu, misa requiem, untuk pemakaman, diselenggarakan pada 5 Januari 2022. ’’Rentang waktu antara 2-5 Januari merupakan kesempatan bagi umat untuk berdoa bagi mendiang Paus Benediktus XVI,’’ ujarnya.
Menurut Romo Markus, Paus Fransiskus memperlakukan pendahulunya dengan hormat. Bisa jadi, Paus asal Argentina itu akan kembali minta umat untuk berdoa bagi mendiang. Ini bisa dilakukan pada audiensi rutin Paus yang diadakan tiap Rabu. ’’Sesuai jadwal, Rabu, 4 Januari 2022, masih ada audiensi,’’ ujar Romo Markus.
Pastur yang berdinas di Vatikan sejak 2007 itu merasa kehilangan. Terlebih, ia diangkat ketika Paus Benediktus XVI menjabat. ’’Relasi saya dengan Paus Benediktus XVI sangat membekas dan sangat bagus. Terutama karena ada rasa kedekatan lewat bahasa. Kalau bertemu, kami selalu berbicara dalam bahasa Jerman,’’ katanya.
Ya, Romo Markus fasih bercakap dalam bahasa Jerman. Maklum, ia pernah bertugas sebagai Rektor Institut Internasional Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di Wina, Austria. Jabatan yang diembannya sejak 2006. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: