Peluang “German Connection” di Audi F1
Audi umumkan akan masuk di ajang Formula One di GP Belgia tahun lalu.--https://corp.formula1.com/audi-to-join-formula-1-from-2026-season/
Meski Audi akan diperkenalkan sebagai tim pabrikan di musim 2026, namun mereka sudah ancang-ancang mempersiapkan kepindahannya di Formula One (F1). Tahun lalu, Audi secara resmi mengakuisisi saham tim legendaris Sauber yang saat ini bekerja sama dengan Alfa Romeo menggunakan power unit Ferrari.
Pabrikan yang didirikan pada 1909 itu belum pernah mencicipi kompetisi sengit F1. Ketika regulasi mesin baru diterapkan di musim 2026, mereka melihat peluang. Termasuk Fred Vasseur, yang saat itu masih memegang peran sebagai Bos Sauber. Ia optimistis dengan kehadiran tim Audi di ajang balap.
“Kemitraan antara Audi AG dan Sauber Motorsport adalah langkah penting bagi kami untuk membuat kemajuan menuju grid terdepan,” ujar pria kebangsaan Perancis tersebut.
Harapan besar itu juga terlihat di wajah Oliver Hoffmann, Kepala Teknis dari Audi F1. Ia senang karena mendapatkan mitra yang cukup berpengalaman dan kompeten untuk proyek Audi di F1. Ditambah, Sauber grup memiliki fasilitas tak kalah canggih dan tim yang berpengalaman. Ini yang membuat langkah Audi dipermudah untuk menjadi tim F1 sepenuhnya di masa mendatang.
Strategi Audi sebenarnya sudah cukup matang. Namun masalah datang saat Tim Principal Ferrari, Mattia Binotto mengundurkan diri dari jabatannya. Kepergiannya memicu efek domino.
Binotto Keluar, Vasseur masuk. Kursi kosong bos dan Tim Principal Sauber diisi oleh salah satu orang penting McLaren, Andreas Seidl. Kedatangannya sebagai CEO Sauber lebih cepat dari perkiraan.
Sudah ada rencana bagi pria kebangsaan Jerman itu untuk comeback bersama tim Audi. Apalagi ia pernah bekerjasama dengan anak pabrikan Volkswagen yang lain, yaitu Porsche. Tapi itu untuk musim 2026. Seidl bahkan sudah meminta izin bosnya di McLaren, Zak Brown untuk angkat kaki dari tim oranye musim 2026.
Mengakuisisi tim F1 sudah. Merekrut CEO asal jerman juga sudah. Kini yang menjadi persoalan, merekrut pembalap asal jerman. Di ajang jet darat, riwayat tim-pembalap satu negara sudah tidak asing lagi. Terbaru, Alpine merekrut Pierre Gasly menggantikan Fernando Alonso, yang membuat tim mereka menjadi sepenuhnya berkebangsaan Perancis.
Ada asa bagi tim pabrikan paling anyar itu untuk menciptakan “german connection” seperti halnya “warna Perancis” di Alpine. Pertimbangan itu yang kini dipikirkan oleh CEO Volkswagen Herbert Diess awal tahun ini.
Valtteri Bottas, sebagai pembalap utama Sauber relatif aman. Performanya di trek masih menunjukkan kualitas fantastis. Termasuk kontraknya yang masih panjang, dua tahun. Berbeda dengan kompatriotnya, Zhou Guanyu hanya menandatangani kontrak selama semusim.
Zhou nampaknya harus was-was. Pengaruh Alfa Romeo yang semakin terkikis membuatnya harus cepat-cepat menawari tim itu dengan kontrak baru. Ditambah, ada pembalap muda potensial yang memungkinkan untuk direkrut Audi di tahun 2024. Yaitu Mick Schumacher.
Pembalap berusia 23 tahun itu bisa saja melihat peluang masuk apalagi dia masih “menggangur”. Pembalap asal Jerman itu musim ini hanya menjadi reserve driver di Mercedes. Peluang Mick menggantikan Zhou begitu lebar apalagi jika pembalap asal Tiongkok itu performanya flop musim depan.
Pembalap jerman lainnya, Nico Hulkenberg bisa saja menjadi opsi Sauber-Audi. Mungkin namanya akan dipertimbangkan karena pengalamannya malang melintang di ajang F1. Tetapi jika Haas ingin mengunci pembalapnya itu, ada nama lain yang bisa direkrut. Namun rasanya mustahil untuk terealisasi. Yakni memanggil kembali sang kampiun empat kali yang sudah pensiun, Sebastian Vettel.(Affan Fauzan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: