Perbasi Tambah Delapan Wasit FIBA pada 2023

Perbasi Tambah Delapan Wasit FIBA pada 2023

-FIBA-

Tahun ini Perbasi mengajukan delapan wasit untuk mendapatkan lisensi FIBA. Indonesia mendapat enam kuota plus dua kuota tambahan. Saat ini Indonesia memiliki tujuh wasit berlisensi FIBA dan dua diantaranya adalah wasit perempuan.

 

Untuk mendapat lisensi FIBA itu memang tidak bisa mengajukan sebanyak-banyaknya. Ada kriterianya. Seperti makin tinggi ranking federasi, makin banyak pula wasit FIBA di negara tersebut. 

 

Wasit Harja Jaladri menjelaskan kuota tahun ini didapat dari beberapa jalan. Dari jatah federasi (1), keaktifan federasi di event internasional (2), prestasi wasit Indonesia di event utama FIBA (1), dan dua untuk wasit perempuan.

 

Kemudian ada dua kuota tambahan yang Perbasi ajukan dan alasan tersebut diterima FIBA. Jadi, tahun ini maksimal kami bisa mendapat delapan wasit lisensi FIBA untuk cycle 2023-2025,” ungkap wasit yang mendapat lisensi internasional sejak 2005 itu.

 

Proses wasit nasional untuk mendapat lisensi FIBA ada tiga tahapan. Pertama melalui tahapan administrasi, kemudian tes fisik, dan tes teori. Saat ini delapan wasit yang mengikuti tes sudah lolos tahapan administrasi.

 

Tes fisik dilakukan pada 5-31 Januari. Mereka harus mengunggah video yang nantinya akan dianalisa FIBA dan ditentukan kelulusannya. “Secara fisik, wasit-wasit Indonesia saat ini sudah sangat bagus dari pada yang dulu,” kata Harja.

 

Kemudian tes teori yang meliputi tentang aturan pertandingan, pengetahuan soal basket, dan federasi. Tes dilakukan sampai Maret dan hasil diumumkan pada Juni. Lisensi berlaku pada 1 September 2023-31 September 2023 dan diperbaharui setiap dua tahun sekali. “Untuk teori ada pelatihan secara online. Tidak hanya soal rules, tetapi juga pengetahuan dan federasi,” imbuh Harja.

 

Secara pribadi Harja menilai, jika sudah menekuni profesi wasit, tes-tes tersebut mudah dilakukan. Apalagi secara fisik saat ini wasit Indonesia sudah sangat bagus. Tetapi memang ada kendala yang lain yaitu kemampuan Bahasa Inggris. 

 

“Ada potensi,tapi kemampuan bahasa kurang. Tetapi banyak juga yang melakukan effort lebih dengan mengikuti kursus bahasa Inggris. Hasilnya tetap lolos meski bahasa Inggrisnya minimum,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: