Cheng Yu Pilihan Pianis Bagus Adimas Prasetio: Shou Yin Zhong Guo

Cheng Yu Pilihan Pianis Bagus Adimas Prasetio: Shou Yin Zhong Guo

Cheng Yu Bagus Adimas Prasetio--

BAGUS Adimas Prasetio mungkin tak pernah menyangka akan mempunyai pencapaian besar seperti saat ini. Bayangkan, ia tunanetra; tidak bisa melihat laiknya kebanyakan manusia. Namun, ia membuktikan bahwa dengan usaha, dan tentu juga doa, bisa mengubah segalanya. Ia kini pianis jazz andal, pencetak rekor Muri, dan telah menyelesaikan pendidikan masternya di Unesa, Surabaya.

Perkenalan Bagus dengan piano dimulai saat ia masih berusia 6 tahun. Ayahnya sengaja mendatangkan guru les privat keyboard untuk mengajari anaknya di rumah.

Tetapi, mulanya Bagus ogah. Sebab ia tidak bisa membaca not balok –belum ada buku musik yang ditulis dengan huruf braille waktu itu. 

Dan lagi, yang bikin Bagus makin enggan, adalah jemari tangannya. Tubuhnya lumayan subur. Jarinya agak besar-besar –sehingga tiap kali memencet satu nada, bilah nada yang lain ikut tersentuh.

Mau menyerah, ayahnya langsung menghukumnya menghafal lagu. Bagus akhirnya jadi tahu: musik adalah soal rasa, yang bisa dipelajari lewat mendengarkannya, bukan melihatnya. 

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Founder PT Aditya Sarana Graha Haris Chandra: You Jiao Wu Lei

Dari situ, Bagus mulai berlatih piano dengan mengandalkan pendengaran dan perasaan. Ditambah bertahun-tahun digembleng oleh maestro jazz Bubi Chen, menjadikan kemampuan Bagus kian matang dan jadilah Bagus yang sekarang.

Dari perjalanan hidupnya, Bagus berkesimpulan bahwa "apa yang engkau tanam, itulah yang akan engkau tuai." Mirip yang ajaran pepatah Tiongkok klasik, "收因种果" (shōu yīn zhǒng guǒ): kalau mau memetik buah, tanamlah benihnya.

Sang Buddha pun mengajarkan apa yang disebut sebagai "paticcasamuppāda", yang semakna dengan ajaran "tabur-tuai" dalam Kristen dan "karmaphala" dalam Hindu.

Konkretnya, sebagaimana dijelaskan dalam Assutavā Sutta, "Dengan adanya ini, maka terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu. Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu" (Imasmiṃ sati, idaṃ hoti. Imass’ uppādā, idaṃ uppajjati. Imasmiṃ asati, idaṃ na hoti. Imassa nirodhā, idhaṃ nirujjhati).

Adanya Bagus yang mengukir banyak prestasi, tak lepas dari adanya kegigihannya, dan adanya orang tuanya serta guru-gurunya yang selalu menyemangatinya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: