KONI Jatim Protes Jatah Wild Card di PON 2024
Ketua KONI Jatim M. Nabil diapit Ketua Perbasi Jatim Grace Evi Ekawati (kiri) dan tim monev cabang olahraga basket Nurul Ansori (kanan).-Herlambang/Kominfo-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - KONI Jawa Timur (Jatim) mengajukan protes terkait wild card di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut). Menurut mereka, porsi wild card di multievent empat tahunan tersebut kurang proporsional. Sebab sangat menguntungkan kedua tuan rumah. Sementara daerah lain harus merana.
Sebagai tuan rumah, wakil Aceh Sumut memang lolos otomatis ke PON 2024. Mereka tidak perlu melalui babak kualifikasi PON terlebih dulu. Ini sebenarnya lumrah dan terjadi di PON edisi sebelumnya. Masalahnya, proporsi jatah wild card yang dianggap kurang pas. Sehingga merugikan daerah lainnya.
Ambil contoh di cabang olahraga basket. Menurut informasi dari KONI Jatim dan Pengprov Perbasi Jatim, hanya delapan tim yang akan bertanding di babak utama. Namun, dua dari delapan tim itu menjadi 'jatah' tuan rumah Aceh dan Sumut. Mereka lolos otomatis karena mendapatkan wild card.
"Itu peraturan yang dibuat oleh PB PON. Dan itu cukup mengagetkan. Kami sudah protes soal wild card tuan rumah," tegas M. Nabil, Ketua KONI Jatim.
Menurut Nabil, skema wild card seharusnya tidak seperti ini. Jika cabang olahraga itu dimainkan di Sumut, maka hanya atlet Sumut lah yang mendapatkan wild card. Sementara atlet Aceh yang cabang olahraganya ditandingkan di Sumut, harus bersaing dengan daerah lain melalui proses kualifikasi. Sebaliknya, jika sebuah cabang olahraga itu dilombakan di Aceh, hanya wakil Aceh lah yang memperoleh wild card. Bukan otomatis Sumut mendapatkan wild card juga.
"Menurut kami, wild card itu bukan jatah. Tapi bentuk feedback kepada mereka sebagai tuan rumah. Tuan rumah yang dipertandingkan cabang olahraganya. Bukan tuan rumah yang tidak dipertandingkan cabang olahraganya," sebut Nabil.
Nabil berharap PB PON mengkaji ulang terkait kebijakan wildcard. Dari cabang olahraga basket, misalnya. Slot tim yang tampil di babak utama bisa diisi sepuluh daerah. Dua menjadi jatah Aceh dan Sumut.
"Terlepas dari porsi wild card ini, saya pikir SDM atlet Jatim cukup representatif. Banyak yang alumni DBL dan segala macam," ucap mantan komisioner KPU Jatim itu.
Sementara itu, Ketua Perbasi Jatim Grace Evi Ekawati tidak ambil pusing terkait jatah wild card untuk tuan rumah. Sebagai gantinya, Evi memilih fokus ke persiapan tim basket Jatim. Apalagi mereka sudah dikejar waktu.
"Semua memang ada lebih dan kurangnya. Meski demikian, semua sudah dipersiapkan mulai Januari ini. Kami sudah memulai latihan dan seleksi," terang Evi.
Praktis tim basket Jatim hanya memiliki waktu kurang dari dua tahun untuk mempersiapkan diri. Menurut Evi, proses seleksi yang bersifat terbuka masih terus dilakukan. Sebab, selain menjaring skuad utama, Jatim juga ingin mendapatkan atlet lapis kedua yang berkualitas. Selain itu, Perbasi Jatim juga sudah mengajukan nama-nama calon pelatih ke KONI Jatim.
"Selain mempersiapkan tim, kami ingin mengajukan diri sebagai tuan rumah pra-PON. Kami akan bersurat ke PP Perbasi. Semoga kami diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah pra-PON," harap Evi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: