Mengapa Rasa Sedih Bertahan Lebih Lama Daripada Bahagia?

Mengapa Rasa Sedih Bertahan Lebih Lama Daripada Bahagia?

Ilustrasi kesedihan-google-openai.com

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pernahkah Anda menyadari bahwa rasa sedih bertahan lebih lama dibanding rasa bahagia? Jangan khawatir! Ilmu psikologi menjelaskannya.

 

Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk mengingat dan memperhatikan pengalaman negatif daripada pengalaman positif. Sebagai contoh, bayangkan Anda menginap di sebuah hotel mewah dan sangat nyaman. Saat memasuki kamar mandi, tak disangka ada sebuah kecoa di sudut ruangan. Kira-kira saat pulang dari hotel, kejadian mana yang paling Anda ingat?

 

Jika pengalaman negatif adanya kecoa, tidak perlu khawatir, itu adalah jawaban yang wajar. Dalam ilmu psikologi dan kejiwaan, pengalaman ini lebih dikenal dengan negativity bias yaitu sebuah kecenderungan untuk memperhatikan pengalaman-pengalaman negatif. Kecenderungan ini bukan tanpa alasan, melainkan sebuah produk evolusi manusia sejak berjuta-juta tahun yang lalu untuk menghadapi sebuah ancaman.

 

Dahulu, manusia perlu menghadapi ancaman-ancaman alam yang tidak terduga. Hal ini menyebabkan mereka harus selalu waspada dan memperhatikan hal negatif sekecil apapun. Respon ini adalah hal yang wajar mengingat manusia memang memiliki insting survival atau penyelamatan diri.

 

Di kehidupan modern, kecenderungan ini terkadang membawa dampak negatif pada manusia. Terlalu fokus pada hal buruk dan kemungkinan negatif dapat memblokade keberanian untuk mencoba. Selain itu, seorang individu juga dapat terjebak terlalu lama dalam kesedihan karena cenderung memperhatikan hal negatif saja.

 

Walau sepertinya bias negativitas ini bawaan alami manusia, perilaku ini tetap bisa dikontrol. Seorang psikiater, Jiemi Ardian, memberikan saran untuk memahami situasi seperti ini melalui akun TikTok pribadinya.

 

Ia menjelaskan memang pengalaman yang tidak nyaman, seperti kecewa, kemarahan, dan kesedihan bertahan lebih lama. Dan pada kasus tertentu, kecenderungan ini tetap ada bahkan saat kondisi sedang ‘aman’. Latihan kesadaran diri atau mindfulness harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melatih rasa aman pada diri.

 


Ilustrasi untuk duduk dan mengamati sekitar-google-openai.com

 

Posisikan diri untuk mengamati sekitar kita, apa yang ada? Apa yang sedang terjadi? Apa yang kita alami saat ini? Ingat fokus pada kondisi saat ini saja. Aman bukan? Saat sudah merasa aman, pertahankan. Amati intensitas napas dan reaksi tubuh. Jika perasaan bias negatif ini kembali, terus ingatkan diri bahwa saat ini sedang baik-baik saja.

 

Selain itu, jangan lupa untuk selalu mengingat bahwa hal-hal baik juga terjadi. Memang bukan hal mudah dan instan untuk dilakukan. Latihan secara rutin dan berteman dengan diri sendiri akan mempermudah manusia mengontrol kecenderungan bias negativitas. (Dara Nabila Salsabyla)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: