Risiko Operasional Bank
Ilustrasi kasus BSI. --
Risiko Spesifik Bank Syariah
Selain risiko-risiko itu, bank syariah juga menghadapi risiko-risiko spesifik. Yang hanya dihadapi bank syariah. Di antaranya adalah risiko displace commercial risk. Risiko nasabah berpindah ke bank konvensional. Risiko tersebut dihadapi bank syariah karena ternyata nasabah bank syariah didominasi nasabah rasional.
Mereka memilih bank syariah saat merasa bank syariah lebih menguntungkan daripada bank konvensional. Nasabah itu merupakan swing customer. Mudah berpindah-pindah, bergantung mana yang lebih menarik. Saat bagi hasil deposito di bank syariah lebih tinggi daripada bunga di bank konvensional, mereka lari ke bank syariah. Begitu pun sebaliknya.
Bank syariah tidak bisa mengandalkan nasabah emosional. Yang memilih bank syariah karena faktor syariahnya. Dalam berbagai penelitian, persentasenya tak lebih dari 20 persen. Nasabah emosional itulah yang saat krisis 1998 disebut-sebut menyelamatkan Bank Muamalat. Saat bunga deposito di bank konvensional mencapai 60 persen, nasabah Bank Muamalat tidak memindahkan dananya karena mereka memang memilih yang syariah. Sementara, saat itu nasabah tidak memiliki banyak pilihan bank syariah.
Risiko spesifik yang lain adalah rate of return risk. Yaitu, nasabah berpindah ke bank syariah lain yang lebih menguntungkan. Yang bagi hasil simpanannya lebih tinggi. Atau rate pembiayaannya lebih rendah. Itu sebenarnya mirip berpindahnya nasabah bank konvensional ke bank lain yang bunga depositonya lebih tinggi atau bunga kreditnya lebih rendah. bank syariah
Risiko yang tak kalah pentingnya adalah risiko syariah. Yaitu risiko bahwa operasional bank syariah itu jatuh pada praktik yang tidak comply terhadap syariah. Itu juga bisa berdampak pada risiko reputasi bank syariah. Sama dengan dampak dari risiko teknologi yang kini sedang dihadapi BSI. (*)
*) Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: