FGD Bank Indonesia, Akademisi, dan Peneliti (1): Mengelola Mitos, Mendorong Optimisme

FGD Bank Indonesia, Akademisi, dan Peneliti (1): Mengelola Mitos, Mendorong Optimisme

PENULIS (kiri) bersama para peserta diskusi kelompok terpumpun Bank Indonesia.-Bagong Suyanto untuk HARIAN DISWAY-

Bank Indonesia (BI) menyatakan, perekonomian Indonesia ke depan optimistis lebih baik bila dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya di tengah tingginya ketidakpastian global. Kenaikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia itu terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Investasi menjadi salah satu kunci utama agar perkembangan usaha di Indonesia tidak jalan di tempat –apalagi mengalami penurunan. Sedangkan inflasi perlu terus dikendalikan agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pandemi Covid-19, diakui atau tidak, telah mengakibatkan terjadinya efek luka memar (scarring effect) bagi para pelaku usaha di berbagai level. Bukan hanya usaha berskala menengah dan besar yang mengalami hambatan menghadapi tekanan akibat krisis. Usaha berskala kecil dan mikro yang selama ini dikatakan selalu tangguh menghadapi perubahan pun tidak sedikit yang terdampak efek pandemi Covid-19. 

Efek luka memar di masyarakat itu membuat pertumbuhan ekonomi menjadi tidak maksimal. Pada 2024 nanti diperkirakan angka pertumbuhan ekonomi nasional akan turun 0,1 persen. Meski kecil, penurunan pertumbuhan ekonomi itu dikhawatirkan akan terus berlanjut dan mengganggu upaya untuk mendongkrak kinerja perekonomian nasional.

Banyak studi membuktikan, dampak dari scarring effect memang membuat proses pemulihan sektor perekonomian menjadi lebih lama. Masyarakat yang selama dua tahun lebih dihajar pandemi Covid-19 tentu tidak serta-merta mudah keluar dari kondisi pasar yang menurun. 

Daya beli masyarakat turun, pasar menjadi lebih kaku, mobilitas sosial masyarakat yang serba terbatas, dan modal yang tergerus untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga secara akumulatif mengakibatkan kondisi perekonomian menjadi kurang bergairah. Pada titik itu, intervensi yang dikeluarkan Bank Indonesia benar-benar harus dirumuskan dengan matang dan objektif.

 

Optimisme

Menumbuhkan kepercayaan dan membangun optimisme serta kolaborasi seluruh stakeholder adalah kunci untuk memastikan Indonesia mampu bertahan di tengah iklim perekonomian global yang sedang bermasalah. Dengan didukung fundamental ekonomi makro yang kuat, dan kehati-hatian, keberhasilan Indonesia menghadapi situasi krisis pandemi Covid-19 dapat terus dikembangkan.

Bank Indonesia selama ini telah bekerja keras menyediakan infrastruktur perekonomian. Yakni, menyediakan fasilitas QRIS, mencegah agar inflasi tidak lepas kendali, dan berbagai kebijakan penting lain. Tujuan utama kebijakan yang dikembangkan Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas nilai rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, serta turut menjaga stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pengalaman dan keberhasilan menghadapi pandemi Covid-19 dan sikap hati-hati menyikapi dinamika perekonomian nasional maupun global telah banyak mengajarkan Bank Indonesia agar tidak terjerumus dalam kebijakan yang salah arah dan kontraproduktif. 

Persoalannya tinggal bagaimana menginisiasi dan menyosialisasi masyarakat agar terbangun trust (kepercayaan) pada kekuatan diri sendiri. Juga, tidak menggantungkan pada bantuan negara lain yang semuanya dikhawatirkan akan berisiko mematikan potensi bangsa Indonesia menolong diri sendiri. (*)


Bagong Suyanto

Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: