Pidato Kenegaraan, Jokowi Kaget Dirinya Dijuluki Pak Lurah
Ilustrasi Jokowi kaget dirinya dijuluki Pak Lurah saat pidato kenegaraan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Borong Jabatan
Para politikus berpendapat lain. Ketua Partai Nasdem Surya Paloh menganggap sebutan itu sebagai joke politik saja. Tidak ada yang serius dengan sebutan tersebut.
Politikus PDIP Said Abdullah bahkan menganggap sebutan Pak Lurah itu sebagai sebutan penghormatan. Namun, Jokowi beranggapan lain. Ia merasa bahwa jabatannya telah direndahkan. Penyebutan Pak Lurah dianggap sebagai merendahkan martabatnya sebagai presiden.
Beberapa waktu lalu peneliti Australia Ben Bland menulis buku Man of Contradictions yang isinya kritik keras terhadap Jokowi yang banyak melakukan tindakan yang kontradiktif. Ben Bland menyebut kapasitas Jokowi tidak cukup besar untuk menjadi seorang presiden. Pendekatan dan skill politiknya dianggap masih sekelas wali kota.
Karena itu, Bland menyebut Jokowi sebagai wali kota yang ada di istana. Merujuk kepada Bland, Jokowi pantas tersinggung kalau disebut sebagai Pak Lurah. Sebab, posisi itu lebih rendah ketimbang wali kota.
Lembaga yang dipimpin Bland, Lowy Institute, disebut Jokowi dalam pidato kenegaraan. Namun, bukan kritik Bland yang disinggung, melainkan pujian dari Lowy, yang menempatkan Indonesia sebagai middle power country, ’negara dengan kekuatan menengah’, di Asia.
Meski kategorinya baru ”kekuatan menengah”, Jokowi cukup senang. Terutama karena Lowy sudah tidak lagi bersikap galak kepadanya.
Jokowi mengaku baru tahu bahwa dirinya disebut sebagai Pak Lurah. Pengakuan tersebut cukup aneh karena sebutan itu sudah beredar cukup lama.
Ketika muncul kasus korupsi bantuan sosial yang melibatkan Juliari Batubara, muncul istilah anak Pak Lurah yang disebut-sebut mendapat aliran dana haram dari korupsi bansos. Ketika itu juga muncul istilah ”madame bansos” yang juga disebut-sebut menerima aliran dana haram.
Dalam tradisi politik modern, pidato kenegaraan menjadi momen penting bagi seorang presiden. Di Amerika Serikat (AS) pidato kenegaraan disebut sebagai State of the Union (SOTU) yang diberikan oleh presiden setiap 1 Maret.
Pidato kepada sesi gabungan Kongres adalah kesempatan bagi presiden untuk meninjau pencapaian tahun lalu dan menyampaikan agendanya untuk tahun mendatang.
Pidato di gedung Capitol AS setiap tahun itu juga menggambarkan praktik demokrasi AS. Itu adalah salah satu momen penting dalam politik AS ketika semua cabang pemerintah federal berada di ruang yang sama.
Presiden mewakili eksekutif, anggota DPR dan Senat mewakili legislatif, dan para hakim agung mewakili yudikatif. Seluruh anggota kabinet presiden juga hadir.
Pidato itu berawal dari konstitusi AS. Konstitusi AS Pasal II, Ayat 3, klausa 1 menyatakan bahwa presiden ”dari waktu ke waktu akan memberikan kepada Kongres informasi tentang keadaan negara dan menganjurkan untuk pertimbangan mereka terkait tindakan-tindakan yang dinilainya perlu dan bijaksana.”
Beberapa pidato presiden dari pidato State of the Union menjadi terkenal. Dan, terkadang pidato tersebut menjadi terkenal karena tamu undangan yang hadir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: