Jenny Widjaja Owner Sagolicious, Riset Sagu hingga ke Papua
Jenny Widjaja berpose bersama Dahlan Iskan, founder Harian Disway. Dahlan kerap mengunjungi Sagulicious, untuk menikmati kuliner berbahan dasar sagu. Jenny pun telah melakukan riset panjang tentang sagu, sampai ke Maluku dan Papua.-Jenny Widjaja-
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Penghargaan Awen Award yang diraih Jenny Widjaja menjadi motivasi tersendiri untuk terus memopulerkan sagu.
Dia ingin agar sagu berdaulat, dapat menjadi ketahanan pangan bagi Indonesia. Jenny dengan usahanya, Sagulicious, telah sekian lama berkutat dengan sagu. Dia memiliki ratusan varian kuliner dengan bahan dasar sagu.
Bahkan Jenny telah melakukan riset panjang. Hingga ke daerah penghasil sagu: Maluku dan Papua.
"Aneka kuliner sagu pernah saya cicipi. Seperti papeda dengan kuah kuning. Juga, sagu adalah kearifan lokal. Tradisi yang memiliki perjalanan panjang bagi bangsa ini," ungkapnyi.
Di Jawa, yang dikenal sebagai pengonsumsi nasi, ternyata tak asing pula dengan sagu. "Dalam Candi Borobudur misalnya, terdapat relief-relief yang menunjukkan kawasan pepohonan sagu," ujar ibu tiga anak itu.
Di Jawa dan beberapa daerah lain, ketenaran sagu sebagai makanan pokok, dalam catatan sejarah, berangsur-angsur tergantikan sejak abad ke-19.
Namun, masyarakat Papua dan Maluku, sagu masih menjadi makanan favorit yang menyehatkan.
BACA JUGA:Jenny Widjaja ciptakan 100 Lebih Varian Kuliner Berbahan Dasar Sagu
BACA JUGA:Jenny Widjaja Sagulicious, Sabet Awen Award sebagai Pengusaha Perempuan Inspiratif
Jenny tahu sendiri saat dia berkunjung ke Papua. Di sana dia mengamati bahwa tradisi setempat cukup erat dengan sagu.
"Di sana, bayi yang dalam tahap menyusui, saat berusia 6 bulan, bayi itu disuapi papeda. Mereka tumbuh dengan sehat," ungkap Jenny.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua DPC PAPPRI Jakarta Utara Jenny Widjaja: Shan You Shan Bao
Bahkan sagu mampu mengurangi gejala malaria yang kambuh. Caranya, dengan mencairkan sagu menggunakan air panas. Kemudian air itu diminum.
"Ya, kalau sedang demam tinggi karena malaria, solusinya sagu cair itu. Kandungan di dalamnya membuat panas tubuh langsung turun," terang ibu satu anak itu.
Apalagi tanaman sagu tak memiliki ulat atau tak berhama. Sehingga bebas pestisida.
Pun, tanaman itu mudah tumbuh dan tahan cuaca. Sagu juga mampu menyerap karbondioksida dengan sangat baik.
Maka Jenny berharap apabila ada lahan-lahan pertanian yang kosong, tak ada salahnya untuk ditanami pohon sagu. "Tumbuhnya mudah. Sagu bisa menjadi lumbung pangan bagi negeri kita," ujarnyi.
Masyarakat Papua pun telah memiliki kearifan tersendiri soal sagu. Di sana terdapat tradisi, bila seseorang ingin menikah, maka kedua pasangan harus menanam sagu terlebih dahulu.
"Secara tidak langsung mereka menjaga kelestarian tanaman sagu," ujar pengurus pusat Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) itu.
Hingga kini terdapat banyak varian kuliner berbahan dasar sagu yang diproduksi Sagulicious. Aspek kebermanfaatan itulah yang membuat usahanya dapat berkembang pesat.
Tak hanya soal cari untung, tapi lebih pada upaya melestarikan khasanah kuliner negeri sendiri. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: