Kontradiksi di Pembunuhan Dante

Kontradiksi di Pembunuhan Dante

Ilustrasi kontradiksi di pembunuhan Dante.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Polisi pasti bertindak ekstra hati-hati di perkara ini. Sangat rawan. Tidak sembarangan polisi menyimpulkan bahwa Tamara bohong. Meski, ada kontradiksi soal renang Dante. Betapa pun, Tamara ibunda Dante. Nyaris mustahil Tamara menjerumuskan Dante. 

Lalu, mengapa ada kontradiksi di situ? Apakah keterangan guru Dante dan ketua yayasan sekolah Dante berbohong? Apakah keterangan Angger Dimas yang selaras dengan keterangan pihak sekolah juga bohong? Jadi rumit. Polisi pun mengurai kerumitan, melakukan pemeriksaan psikologi forensik ke Tamara.

Bisa jadi, Tamara tidak tahu betul tentang Dante. Itu banyak terjadi pada orang tua terhadap anak-anak mereka. Tamara aktris yang sibuk syuting. Mungkin, dia tidak tahu Dante secara akurat. 

Judith Rich Harris dalam bukunya yang berjudul The Nurture Assumption: Why Children Turn Out the Way They Do menyebutkan, the self-serving bias (bias mementingkan diri sendiri) membuat orang merasa berlebihan akan kelebihan dan keunikan mereka sendiri. Termasuk orang tua terhadap anak. 

Judith Rich Harris adalah peneliti psikologi Amerika Serikat (AS). Lahir di Brooklyn, New York, AS, 10 Februari 1938. Meninggal di Middletown Township, New Jersey, AS, 29 Desember 2018.

Tulisan Harris itu dipublikasi di Psychology Today, 9 Juni 2016, berjudul Parents Just Don’t Understand. Diulas Nick Friedman. Disebutkan begini:

”Sebagai makhluk egosentris, kita melihat dunia melalui sudut pandang yang paling kita kenal, sudut pandang kita sendiri.”

Kita mempunyai lebih banyak informasi tentang diri kita sendiri daripada orang lain. Hal itu memengaruhi asumsi dan penilaian kita terhadap orang-orang yang berinteraksi dengan kita setiap hari, termasuk keturunan kita.

Kita juga membuat penilaian yang sangat subjektif tentang diri kita sendiri. Jauh di lubuk hati, kebanyakan dari kita percaya bahwa kita istimewa dalam beberapa hal, bahwa kita memiliki kualitas yang membedakan kita dari orang lain. 

Ilusi positif seperti itu memberikan manfaat psikologis yang nyata. Ilusi tersebut mendorong optimisme. Juga, memberi kita rasa kendali atas masa depan kita.

Orang tua, baik atau buruk, dapat menyebarkan ilusi positif itu kepada anak-anak mereka. Dengan percaya, secara sadar atau tidak, anak mereka memiliki kualitas khusus. Itu juga mencerminkan keterampilan orang tua mengasuh anak mereka secara baik. 

”Jika tumbuh dengan baik, anak-anak mereka mungkin mengaitkan hasil ini dengan sesuatu yang mereka anggap tidak biasa dalam metode pengasuhan anak mereka, tanpa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan hampir sama dengan apa yang dilakukan sebagian besar orang tua lain di lingkungan sekitar mereka,” terang Judith Rich Harris.

Diakhiri Harris: ”Tentu saja, untuk memenuhi bias egois kita, ada baiknya kita melihat anak-anak kita dalam sudut pandang yang positif.”

Bias egois boleh, asal positif. Tidak dijelaskan, deskripsi positif yang bagaimana?

Tamara masuk jebakan psikologis bias positif itu, dalam keterangan tentang keterampilan renang Dante. Dengan demikian, kalimat yang dia katakan kepada wartawan tentang keterampilan renang Dante jadi berlebihan. Atau, tidak sinkron dengan keterangan guru dan ayah Dante.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: